Sabtu, 14 Februari 2009

Seri Artikel Motivasi

URANG ULU: DULU SAMPAI KINIH
Oleh: Ibrahim MS

Ketertinggalan, keterbelakangan, tidak berpendidikan, miskin, lugu, polos, hidup jauh di pedalaman, hingga jauh dari kemajuan dan kemodernan, itulah identitas yang selalu diberikan oleh banyak orang kepada urang ulu. Bahkan pada sebagian orang ulu, penilian sedemikian diakui sebagai identitasnya sehingga menjadikan mereka tidak percaya diri ketika berhadapan dengan orang lain. Penilaian tersebut mungkin dapat dibenarkan jika yang dimaksudkan adalah urang ulu pada era 10, 20 atau lebih dari 30 tahun yang lalu.
Tahun 80 –an akhir, ketika penulis masih kecil, hanya ada satu buah tv di kampung, yang dijadikan sebagai sumber informasi, itupun yang tv hitam putih. Bisa menonton tv masa itu merupakan kebahagiaan yang luar biasa. Selain itu ada lah beberapa buah radio yang biasa didengarkan oleh masyarakat kampung di rumah-rumah. Masa itu, media informasi merupakan barang langka dan susah didapatkan.
Untuk transportasi yang menghubungkan antar kampung masih menggunakan jalan setapak di tengah hutan dan di bawah rindang pohon tengkawang. Untuk sekolah harus pergi berjalan kaki ke kampung lain, karena tidak setiap kampung ada sekolah. Hampir tidak ditemukan warga kampung yang menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SMP atau SMA. Sekedar menamatkan pendidikan dasarpun hanya dapat dihitung beberapa orang saja pada masa itu.
Singkat cerita, masa-masa itu tidak sedikitpun gambaran tentang kota dengan kemajuannya terlintas dalam memory seorang anak kampung. Bagi orang kampung, pagi hari adalah waktu untuk kerja menores karet, berladang dan berbagai pekerjaan lainnya guna menopang kebutuhan hidup sehari-harinya hingga datang malam hari untuk istirahat. Listrik belum tersedia, sehingga begitu malam datang, semuanya hanyalah bersiap untuk tidur dan beristirahat untuk memulihkan tenaga agar dapat kembali berangkat kerja besok harinya. Begitulah waktu demi waktu dilalui oleh urang ulu dalam kehidupannya puluhan tahun yang silam.
Memasuki tahun 1990 –an awal, pembangunan inprastruktur jalan mulai masuk, transportasi antar kampung hingga antar daerah yang cukup jauh mulai terbuka. kehadiran “orang-orang kota” sebagai pekerja proyek jalan dari luar daerah membawa pengaruh tersendiri terhadap wawasan hidup urang ulu. Kondisi ini membuat ruang komunikasi masyarakat di kampung semakin terbuka dengan dunia luar. Sedikit demi sedikit urang ulu mulai mengenal “orang kota”, kemajuan di kota dan gaya hidup kota yang berbeda dengan apa yang selama ini dilihatnya. Keinginan untuk mengenal hidup “orang kota” dan kemajuannya mulai tumbuh, wawasan sedikit demi sedikit makin terbuka, kesadaran akan rendahnya pengetahuan mulai muncul hingga timbulnya semangat untuk bersekolah. Proses inilah yang menjadi tonggak kebangkitan dan kemajuan urang ulu. Hasilnya adalah, banyak dari generasi orang ulu yang saat ini berhasil mengenyam pendidikan tinggi hingga S.2 dan S.3, menduduki posisi penting di tingkat daerah, provinsi hingga di tingkat Pusat.
Dengan perkembangan dan kemajuan yang diraih oleh urang ulu saat ini, tentu saja tidak tepat lagi penilaian dan anggapan umum tadi sebagai keterbelakangan, tidak berpendidikan dan sebagainya. Karena itu urang ulu saat ini tidak lagi perlu malu atau kalah bersaing dengan siapapun, baik dari pola pikirnya, pendidikan hingga gaya hidup yang mengikuti perkembangan dan kemajuan modern. Bahkan dengan modal kehidupan yang bersumber dari alam, urang ulu mempunyai kecerdasan intelektual yang pasti mampu bersaing dengan siapapun dan di bidang apapun.
Di saat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang membahana, orang ulu menjadi bagian dari komunitas yang tidak lagi asing dengan perkembangan tersebut. Bahkan eksistensi diri urang ulu bisa bertahan dengan kokoh ketika krisis ekonomi melanda bangsa ini. Tv yang dulunya hanya dimiliki oleh 1 atau 2 orang saja dalam sekampung, saat ini hampir setiap buah rumah sudah mempunyai tv dengan kelengkapan parabola digital dan sebagainya. Begitupun dengan teknologi komunikasi HP saat ini, hampir dapat digunakan oleh setiap orang. Dengan masuknya jaringan HP, kebun karet yang jauh di hutan tidak lagi menghalangi mereka berkomunikasi dengan keluarga atau kerabatnya di rumah. Penulis pernah menerima telepon dari salah seorang teman, ketika penulis tanya sedang dimana menelpon sekarang, dia menjawab sedang di kebun karet. Subhanallah, penulis termenung juga tersenyum membandingkan kehidupan orang ulu saat ini dengan urang ulu dulu. Urang ulu saat ini begitu bisa menikmati segala perkembangan dan kemajuan yang ada.
Dengan segala realitas perubahan dan perkembangan yang ada, masih pantaskah penilaian sebagai tertinggal, terbelakang, tidak berpendidikan, miskin, lugu, polos, hidup jauh di pedalaman, hingga jauh dari kemajuan dan kemodernan diberikan kepada urang ulu saat ini? Masih patutkah urang ulu merasa minder, tidak percaya diri, dan takut menunjukkan potensi diri dalam persaingan? Tentu saja “tidak” jawabannya. Dengan potensi yang dimiliki, urang ulu memiliki kemampuan untuk bersaing dalam segala bidang dengan siapapun dan di manapun. Itulah urang ulu: dulu hingga kinih. Begitulah urang ulu yang sebenarnya. Urang ulu memanglah tetap urang ulu, akan tetapi urang ulu tidaklah harus identik dengan keterbelakangan, urang ulu mesti menjadi penghulu dan pelopor untuk kemajuan dalam segala bidang. Boh, kita buktikan…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar