Senin, 09 Februari 2009

Optimalisasi Peran Masjid

OPTIMALISASI PERAN MASJID DALAM PENINGKATAN KUALITAS KEBER-AGAMAAN JAMA`AH
(Studi pada Masjid Jami`atus Shalihin, Purnama Agung VII Pontianak)

Oleh: Ibrahim MS, M.A. (ab_irhamiy@yahoo.com)
Dosen STAIN Pontianak & Direktur Malay Corner STAIN Pontianak


Abstrak:

Sejarah kelahiran Islam menjadi bukti betapa Masjid telah memainkan peran penting sebagai tempat pelaksanaan ibadah dan pembinaan ummat, sebagaimana yang dilakukan Nabi Saw di Madinah. Bahkan pada sebagian masyarakat Muslim, keberadaan Masjid telah melebihi peran lembaga pendidikan agama itu sendiri. Lihat misalnya kajian Azra (2003) tentang peran Masjid/Surau pada masyarakat Minangkabau; Anita (2008) tentang Penyiaran Dakwah Masjid Raya Mujahidin melalui Radio Mujahidin Pontianak; dan Bayu (2008) tentang Optimalisasi Fungsi Masjid Mujahidin dalam upaya rekruitmen Jama`ah.
Kajian ini mendapati bahwa, Masjid Jami`atus Shalihin, yang berstatus Fasum (fasilitas umum) Perumahan Purnama Agung VII, memiliki peran yang penting dalam pembinaan keber-agamaan jama`ah, meskipun dibangun dengan sederhana. Keberadaan Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, akan tetapi juga merupakan lembaga pendidikan agama yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas keber-agamaan para jama`ahnya.
Sesuai dengan namanya, Jami`atus Shalihin, Masjid ini benar-benar ingin merealisasikan cita-cita untuk mewujudkan jama`ah yang berkualitas dan beramal shaleh. Hal itu terbukti dengan semaraknya program-program keagamaan yang dikelola oleh Masjid. Sebut saja misalnya TPQ, Tafsir al-Qur`an, Jama`ah Yasinan, Pengajian Remaja, Majlis Ta`lim, bimbingan Kifayah dan Kultum ba`da Maghrib (yang dilaksanakan secara rutin). Peringatan PHBI, Penggalangan Zakat, Infaq & Sadaqah, serta pemotongan Hewan Qurban (yang dilaksanakan pada momen-momen tertentu). Semaraknya aktivitas keagamaan tersebut merupakan bukti optimalisasi peran Masjid dalam pembinaan keber-agamaan jama`ahnya.
Kajian ini dilakukan pada Masjid Jami`atus Shalihin komplek Perumahan Purnama Agung VII Pontianak, yang terletak di wilayah Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat-Indonesia

Kata Kunci: Masjid, peran Masjid, peningkatan kualitas keberagamaan.



PENGENALAN KAWASAN KAJIAN
Masjid Jami`atus Shalihin terletak di komplek perumahan Purnama Agung VII, Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak . Berbeda dengan masjid-masjid pada umumnya yang dibangun dengan megah di atas tanah hak milik atau wakaf, dengan fasilitas yang memadai, masjid ini berdiri di atas fasilitas umum (fasum) perumahan.
Sebagai fasum, bangunan masjid yang luasnya hanya 15 x 15 ini terkesan sangat sederhana. Berada di hujung paling dalam kompleks, dengan jumlah muslim yang mencapai 623 jiwa (47 %) dari 1.314 jiwa, akan tetapi semarak dengan berbagai program keagamaan dalam rangka meningkatkan kualitas keagamaan jama`ahnya. Inilah yang menarik untuk memberikan fokus kajian ini pada peran Masjid Jami`atus Shalihin dalam tulisan singkat ini.
PUNGSI MASJID BAGI MASYARAKAT MUSLIM KOMPLEKS
Bagi masyarakat Muslim di komplek Purnama Agung VII, masjid tidak hanya sebagai tempat melaksanakan shalat, melainkan sudah menjadi pusat pembinaan keagamaan ummat. Hal itu dapat dilihat dari semaraknya aktivitas keagamaan masyarakat, baik yang dilaksanakan di masjid, maupun yang dilaksanakan oleh masyarakat dengan stimulasi yang diberikan oleh pengurus masjid.
Sejarah Islam membuktikan betapa Masjid memiliki pungsi sentral dalam kehidupan kaum Muslimin. Sebagai contoh adalah kelahiran Masjid Nabawi di Madinah . Di Indonesia, Islam disebarkan dan pelajari melalui masjid. Azyumardi Azra (2003) melaporkan betapa masjid/surau memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Muslim Minangkabau. Menurutnya, masjid/surau bagi masyarakat Muslim Minangkabau tidak saja sebagai tempat melakukan aktivitas ibadah kaum muslimin, melainkan sudah menjadi lembaga pendidikan secara umum. Melalui masjid/suraulah pendidikan dan pembinaan ummat dilakukan secara intensif. Bahkan dalam kontek otonomisasi, orang Minang percaya bahwa surau/masjid dapat membangkitkan "batang tarandam", yakni melahirkan ulama-ulama besar sebagaimana surau di masa silam.
Untuk konteks Kalimantan Barat misalnya, Islam juga tersebar melalui masjid, sebagai contoh adalah berdirinya Masjid Keraton Sultan Syarif Abdurahman yang merupakan masjid pertama di Pontianak . Begitupun dengan Masjid Raya Mujahidin yang saat ini menjadi mascot umat Islam Pontianak .
Berbeda dengan kedua masjid di atas, Masjid Jami`atus Shalihin yang hanya merupakan fasilitas umum (fasum) dengan bangunan dan fasilitas yang sangat sederhana, akan tetapi mampu memainkan peran penting dalam pembinaan keagamaan jama`ahnya melalui berbagai aktivitas keagamaan hingga saat ini.
Merujuk kepada makna Jami`atush Shalihin, sepertinya merupakan ekspresi dari cita-cita para pengurusnya, agar masjid menjadi tempat berhimpunnya orang-orang yang shaleh. Karena itu mereka berupaya untuk menjaga dan memakmurkan masjid dengan berbagai aktivitas keagamaan dan pembinaan ummat. Inilah yang menjadikan masjid ini patut untuk dijadikan contoh bagi pengembangan institusi dakwah Islam melalui kajian singkat ini.
KESADARAN BERAGAMA PARA JAMA`AH
Meskipun umumnya para jama`ah tidak memiliki pengetahuan keagamaan yang memadai, akan tetapi mereka memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya pendidikan keagamaan . Untuk memperoleh pengetahuan keagamaan yang memadai, pembelajaran secara terus menerus menjadi penting dilakukan. Kesadaran inilah yang menjadikan aktivitas keagamaan dalam masyarakat muslim di Komplek Purnama Agung VII lebih semarak. Bagi mereka, masjid merupakan pusat untuk koordinasi sekaligus pelopor dalam peningkatan kualitas keagamaan jama`ah melalui berbagai aktivitas keagamaan yang ada.
Pentingnya aktivitas keagamaan untuk terus dilakukan oleh Masjid dalam rangka pembinaan jama`ah, paling tidak didasari atas beberapa pertimbangan berikut; pertama, adanya kesadaran tentang agama dan tujuan pencipataan manusia itu sendiri dalam dua misi sekaligus, yakni sebagai hamba yang berkewajiban mengabdi kepada sang pencipta (`abdullah), dan sebagai wakil Tuhan dalam menata, memanfaatkan dan memelihara alam raya ini (khalifatullah fil ardh).
Allah Swt berfirman:
وما خلفت الجن و الا نس الا ليعبد و ن ( الزاريا ت : 56)
Artinya: "Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka menyembahku" (Q.S. Az-zariyat: 56).

و اذ قال ربك للملئكة انى جا ئل في الا ر ضى خليفة (البقرة :30 )
Artinya: "Dan tatkala Allah berkata kepada para Malaikat, sesungguhnya aku akan menjadikan (manusia) khalifah di muka bumi.."(Q.S. Al-baqarah: 30)

Sebagai hamba Allah, manusia adalah makhluk yang dibebani tanggung jawab untuk senantiasa menyembah sang Penciptanya (Allah), bahkan misi penghambaan ini menjadi tujuan dari penciptaan manusia di muka bumi ini, sebagaimana Firman Allah di atas.
Sebagai wakil Tuhan di bumi, manusia adalah makhluk yang dibebani tugas menata dan memelihara alam raya sebagaimana sifat-Nya yang “rabb” (pemelihara). Dengan misi ini, manusia adalah makhluk yang bertugas merealisasikan sifat-sifat Tuhan dalam kehidupan di alam raya ini. Inilah yang disebut misi manusia sebagai khalifah (lihat Q.S. Al-baqarah: 30).
Kedua, kesadaran akan asal usul manusia diciptakan. Perspektif agama (baca: Islam) memandang bahwa manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur alamiah dan nur ilahiyah. Unsur alamiah itu adalah fisik atau jasmani manusia yang terbuat dari saripati tanah dan air mani (Al-qur`an). Sedangkan nur ilahiyah adalah ruh kehidupan dan potensi baik yang dipinjamkan Allah kepada setiap manusia. Dalam konteks inilah Ali Syariati menyebutkan manusia adalah makhluk yang dwimorfik, makhluk yang mempunyai kehendak alamiyah atau kecendrungan pada kesesatan dan kehendak ilahiyah atau kecendrungan pada kebaikan. Untuk membimbing fitrah inilah agama lahir dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain, agama berfungsi sebagai sarana atau jalan pembawa manusia pada keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. Bahkan pada jalan (syari`ah) ini manusia mesti meraihnya dengan fastabiqul khairat (Q.S. 7: 172).
Ketiga, beragama sebagai fitrah manusia, sebagaimana dialog kosmis dalam al-qur`an, ketika Allah menciptakan manusia, didapati penjelasan bahwa setiap manusia sudah dimintai kesaksiannya (bersaksi) akan pengakuannya terhadap Tuhannya, meskipun ketika manusia dilahirkan, dia menjadi individu yang tidak beragama (formal) . Dilaog kosmis tersebut mempertegas perspektif kita bahwa setiap manusia cendrung memerlukan agama sebagai penuntun, arah dan jalan hidupnya. Karena itu beragama (sebagai bentuk pengakuan terhadap penciptanya) adalah fitrah dari kehidupan manusia yang sesungguhnya (Ibrahim, 2008).
Allah Swt berfirman:
..الستوا بر بكم قالوا بلا شهد نا... (القر ان)
Artinya: " ..Tidakkah engkau (manusia) diminta pengakuan tentang Tuhan-mu? Meraka (manusia) berkata, ya kami bersaksi dengan Tuhan kami.." (Al-qur`an)

Sebagai fitrah manusia, agama mesti mampu menampilkan diri dalam kedudukan dan fungsi yang sesungguhnya, yakni penyelamat kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Dengan demikian, peningkatan kualitas dan kuantitas ritual keagamaan mesti menjadi awal, sekaligus proses dan tujuan peningkatan kualitas hidup manusia itu sendiri.
MASJID: PENDIDIKAN KESADARAN BERAGAMA JAMA`AH.
Masjid sebagai pusat pembinaan keagamaan mesti mampu membangun kesadaran dan kecerdasan kepada para jama`ahnya, bahwa agama tidaklah lahir dengan sendirinya tanpa maksud tertentu untuk kehidupan manusia. Agama lahir adalah sebagai satu bentuk arahan dan tuntutan yang diharapkan dapat membantu manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia juga di akhirat. Menyadari arti penting sebuah agama bagi manusia, mengharuskan setiap pemeluk agama untuk senantiasa berpikir dan menilai seberapa besarkah peran agama sebagai penuntun hidup, telah mampu dirasakan oleh setiap ummat .
Islam yang kita percayai sebagai agama yang turunkan dari Allah SWT (samawi) telah hadir dengan segenap tuntunan dan aturan yang qath`i, mesti berhadapan dengan realitas hidup dan perkembangan sosial kemanusiaan yang dinamis. Dengan kata lain, Islam mesti harus selalu mampu memberikan arah dan tuntunan kepada jalan hidup manusia, termasuk dalam menghadapi problem sosial yang dinamis itu. Dengan iman, kita sadar bahwa tuntunan dasar Islam (al-qur`an & hadits) memang tidak pernah berubah & tidak mungkin dirubah. Akan tetapi penggalian terhadap tuntunan nilai-nilai Islam mutlak perlu dilakukan secara terus-menerus untuk mampu menjawab problem kekinian. Disinilah wilayah penafsiran teks-teks keagamaan (al-qur`an & hadits) penting dilakukan terhadap konteks yang berlaku .
OPTIMALISASI PERAN MASJID DALAM PEMBINAAN JAMA`AH
Untuk meningkatkan kualitas keber-agamaan para jama`ahnya, ada beberapa peran yang diupayakan oleh pengurus masjid, baik secara langsung dalam bentuk penyelenggraan program keagamaan di masjid, maupun stimulasi bagi hidupnya aktivitas keagamaan masyarakat Muslim di komplek Purnama Agung VII.
Berdasarkan hasil kajian lapangan didapati ada beberapa bentuk program keagamaan yang dilakukan dalam rangka optimalisasi peran masjid dalam pembinaan jama`ahnya, meliputi kegiatan tafsir Al-qur`an, majlis ta`lim ibu-ibu, Taman Pendidikan Al-qur`an, bimbingan fardhu kifayah, tahsin Al-qur`an, pembinaan remaja, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), serta Albarzanji dan Syarakalan. Berikut penjelasan hasil penelitian dari masing-masing aktivitas keagamaan tersebut.
Tafsir Al-qur`an
Kegiatan tafsir Al-qur`an merupakan satu program keagamaan yang diselenggarakan oleh pengurus Masjid Jami`atus Shalihin. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 2 kali sebulan, tepatnya setiap malam jum`at pertama dan malam jum`at ketiga setiap bulan.
Kegiatan tafsir Al-qur`an ini diikuti oleh Bapak-bapak dan Ibu-ibu di sekitar kompleks perumahan Purnama Agung VII. Pembimbing tafsir Al-qur`an ini adalah Ustadz Arif Hasbillah, pemimpin Pondok Pesantren Matla`ul Anwar Pontianak.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk klasikal, dimana seorang Ustadz membimbing seluruh jama`ah secara bersama-sama dalam membaca, mengkaji dan memahami makna (tafsiran) dari ayat-ayat Al-qur`an. Beberapa ayat yang dikaji secara berurutan dan bersambung untuk kemudian dijelaskan dengan beberapa ayat yang lain dari Al-qur`an yang berkaitan, termasuk juga hadits-hadits Nabi yang berkenaan dengan tafsiran ayat tersebut.
Majlis Ta`lim Ibu-ibu
Pembinaan keagamaan yang lainnya adalah melalui majlis ta`lim ibu-ibu, yakni majlis ta`lim Jami`atus Shalihin dan majlis ta`lim An-Nur.
Majlis ta`lim jami`atus Shalihin menyelenggarakan kegiatan Tadarrusan Al-qur`an, kultum dan Tausyiah bimbingan keagamaan yang dipimpin oleh seorang pembina. Kegiatan majlis ta`lim ini diselenggarakan ke rumah-rumah anggota secara bergiliran. Waktu pelaksanaannya adalah setiap hari rabu sore.
Selain pengajian rabu sore, Majlis Ta`lim ini juga menyelenggarakan pengajian umum di Masjid. Pada pengajian ini, jama`ahnya tidak lagi hanya terdiri dari anggota-anggota tetap pengajian ke rumah-rumah anggota setiap hari rabu sore, melainkan juga mengundang jama`ah umum, termasuk dari anggota Majlis Ta`lim An-Nur.
Sementara itu Majlis Ta`lim An-Nur menyelenggarakan kegiatan keagamaan berupa tadarrusan Al-qur`an, yasinan, dan ceramah agama. Kegiatan tersebut dilakukan setiap satu kali dalam sebulan. Kelahiran majlis ta`lim ini semata-mata untuk menyemarakkan kegiatan keagamaan dan pembinaan keagamaan warga, khususnya dalam membaca Al-qur`an.
Taman Pendidikan Al-qur`an (TPA)
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk klasikal, dimana seorang ustadz/ustadzah membimbing beberapa santri (anak-anak) membaca dan menulis Al-qur`an. Kegiatan ini dilangsungkan di masjid setiap sore hari (ba`da shalat ashar).
Kegiatan ini sedianya berada di bawah tanggung jawab (koordinir) Pengurus Masjid bidang Pendidikan dan Dakwah. Akan tetapi dalam pelaksanaannya sehari-hari, TPA ini dipimpin oleh seorang koordinator pelaksana yang bertugas sebagai pengelola TPA masjid, juga merupakan seorang ustadzah yang membimbing dan mengajarkan anak-anak baca tulis Al-qur`an. Pengajaran di TPA Masjid Jami`atus Shalihin secara umum mengacu ada pendekatan metode Iqra` dan pembelaran terbimbing.
Bimbingan Fardhu Kifayah
Salah satu aktivitas keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Muslim di kompleks Purnama Agung VII adalah bimbingan fardhu kifayah. Aktivitas ini dilakukan dalam bentuk pelatihan semi formal dengan mengundang pembimbing kifayah dari luar kompleks, dan seterusnya dilanjutkan oleh pak Marzuki sendiri (salah satu pengurus masjid Jami`atus Shalihin).
Selain bagi Bapak-bapak, ternyata Ibu-ibu juga mendapatkan bimbingan secara khusus mengenai kifayah ini. Mereka juga melaksanakan program bimbingan fardhu kifayah dengan mengundang pembimbing dari luar kompleks. Salah satu pembimbing kifayah yang pernah mereka undang adalah ibu Cucu, dosen STAIN Pontianak.
Inilah bentuk aktivitas keagamaan berupa bimbingan fardhu kifayah yang dilakukan oleh masyarakat Muslim di kompleks Purnama Agung VII, yang menunjukan bahwa masyarakat Muslim di sana peduli terhadap satu kewajiban sebagai Muslim terhadap orang Muslim yang meninggal. Meskipun pada prakteknya keikutsertaan dalam aktivitas ini masih hanya diikuti oleh sekelompok orang-orang tua saja.
Tahsin Al-qur`an
Tahsin Al-qur`an merupakan salah satu bentuk aktivitas keagamaan yang diselenggarakan oleh pengurus masjid dalam rangka pembinaan bacaan al-qur`an para jama`ahnya. Tahsin ini dilaksanakan dalam bentuk bimbingan terpadu oleh seorang pembimbing dari lembaga At-Taisir, lembaga yang berkonsentrasi dalam pembinaan bacaan dan tahfidz Al-qur`an di Kalimantan Barat. Pembimbing inilah yang akan mengajarkan tata cara bacaan Al-qur`an yang baik dan benar sesuai dengan hukum tajwidnya.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap malam kamis dengan jumlah peserta tetap sebanyak 10 orang. Kegiatan ini dilakukan dengan kelengkapan belajar yang lumayan seperti buku pedoman & bahan belajar tajwid, abesensi kehadiran, blangko penilaian dan perkembangan belajarnya. Karena itu pembelajaran tahsin ini mewajibkan kontribusi dari peserta belajar disamping subsidi belajar dari kas masjid untuk membayar pembimbingnya.
Kultum Ba`da Maghrib
Kultum (kuliah tujuh menit) setelah shalat maghrib merupakan salah satu bentuk aktivitas keagamaan di Masjid Jami`atus Shalihin kompleks Purnama Agung VII pontianak. Kegiatan ini dilakukan dengan cara penyampaian bimbingan keagamaan oleh seorang Ustadz kepada jama`ah shalat maghrib setelah mereka selesai melaksanakan shalat berjama`ah. Adapun materi yang disampaikan dalam kultum tersebut merujuk kepada kitab Bulughul Magham dan Fighus Sunnah.
Kultum ini dilangsungkan segera setelah Imam mengucapkan salam di akhir shalat maghrib. Sementara ustadz memberikan Kultum, jama`ah mendengarkannya sambil berzikir hingga selesai dalam waktu lebih kurang 7 menit. Baru setelah itu jama`ah saling bersalaman, melakukan shalat sunnah ba`diyah dan pulang dari masjid.
Pembinaan Remaja
Pembinaan terhadap remaja, merupakan salah satu bukti bahwa adanya kepedulian pada orang-orang tua terhadap anak-anak mereka. Karena itu melalui program masjid dilakukan pembinaan keagamaan pada anak-anak remaja dalam bentuk bimbingan membaca Al-qur`an, menghafal ayat dan surat pendek, serta bimbingan keagamaan dan ibadah. Pembinaan remaja ini sudah dilakukan sejak 2 tahun yang lalu, baik remaja putra maupun putri.
Pembinaan remaja ini diberikan guna membekali anak-anak remaja dengan pengetahuan keagamaan yang cukup, termasuk kemampuan dalam membaca Al-qur`an dengan baik. Karena itu pembinaan ini dilakukan lebih bersifat personal dan informal, dimana belajarnya dapat dilakukan di masjid dan juga di rumah pribadi pengajarnya.
Pendekatan informal ini dilakukan dengan beberapa alasan, antaranya: pertama, untuk menimbulkan daya tarik remaja belajar, sehingga mereka merasa betah dan tidak malu dalam belajar; kedua, jumlah remaja yang belajar sedikit, sehingga dapat diterapkan cara belajar yang personal dan informal ini.
Peringatan Hari Besar Islam
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) merupakan salah satu bentuk aktivitas keagamaan yang selalu diselenggarakan di masjid dalam rangka pembinaan keagamaan ummat. Ada beberapa aktivitas keagamaan yang selalu dilakukan dalam rangka PBHI, seperti ceramah agama, perlombaan keagamaan dan pagelaran tradisi dan budaya daerah.
Dari sekian banyak bentuk aktivitas keagamaan yang ada, kegiatan ceramah agama merupakan salah satu aktivitas keagamaan yang sentiasa dilakukan pada setiap PHBI. Hanya pada momen-momen PHBI tertentu saja pengurus masjid menggandengkan kegiatan ceramah agama PHBI dengan perlombaan dan pagelaran tersebut. Sebagai contoh peringatan Isra` Mi`raj tahun lalu diselenggarakan ceramah agama dan perlombaan keagamaan bagi anak-anak. Kemudian pada saat peringatan tahun baru Islam (Muharam 1430 H) hanya diselenggrakan ceramah agama.
Albarzanji & Syarakal
Al-barzanji dan Syarakalan adalah salah satu program keagamaan yang dilakukan oleh pengurus Masjid Jami`atus Shalihin di komplek Purnama Agung VII Pontianak. Aktivitas ini dimulai dengan membaca Al-barzanji dari salawat pertama hingga pertengahan salawat keempat. Kemudian pertengahan salawat empat, barulah dilantunkan syarakalan secara bersama dengan jama`ah yang hadir.
Dalam praktek, biasanya syarakalan itu dipimpin oleh satu atau dua orang sebagai pelantun salawat, kemudiaan jama`ah yang lainnya menjawab dengan salawat tertentu, sesuai dengan susunan salawat yang ada dalam syarakalan. Pada saat membaca syarakalan inilah biasanya ritual potong rambut anak dilakukan.
PENUTUP
Masjid bagi masyarakat Muslim di komplek Purnama Agung VII tidak hanya menjadi tempat shalat, melainkan sebagai pusat pendidikan keagamaan dan pembinaan ummat, khususnya para jama`ahnya yang ada di sekitar kompleks tersebut.
Masjid Jami`atus Shalihin ini telah mampu memainkan peranan secara optimal dalam pembinaan keagamaan para jama`ahnya. Ini dapat dibuktikan dengan semaraknya program keagamaan yang diselenggarakan oleh masjid dan aktivitas keber-agamaan yang tumbuh dalam masyarakat muslim yang disebabkan stimulasi yang diberikan oleh pengurus masjid. Optimalisasi peran bimbingan keagamaan yang diberikan melalui masjid sedikit banyak telah memberikan kecerdasan pemahaman keagamaan para jama`ahnya, yang selanjutnya mewujudkan hidup para jama`ah menjadi lebih baik dan berkualitas. Insya Allah, Amin.

BIBLIOGRAFY
Ahmad Mubarok. 1999. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Pirdaus.
Azyumardi Azra. 2003. Pendidikan Islam Tradisional dalam Tradisi dan Modernisasi. Jakarta: Logos.

Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Kencana.
Din Syamsudin. 2000. Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: Logos.

Ibrahim. 2005. Problematika Komunikasi Antarbudaya. Pontianak: STAIN Pontianak Press.

Ibrahim. 2008. Pluralisme dan Komunikasi: Keniscayaan dalam Hubungan Sosial. Makalah yang disampaikan dalam Seminar Satu Dasawarsa STAIN Pontianak.

M. Munir & Wahyu Ilaihi. 2006. Managemen Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Munzier Suparta & Harjani. 2006. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Muhammad Sulthon. 2003. Desain Ilmu Dakwah. Jogjakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan Walisongo Press.

Sutaryo. 2005. Sosiologi Komunikasi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar
Sumanto Al-Qurtuby. 2005. Lubang Hitam Agama. Jogjakarta: RumahKata & Ilham Institue.

Toto Tasmara. 1997. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar