Selasa, 25 Februari 2020

Wacana Menulis_Kanwil


MENULIS & MENELITI: JEMBATAN ILMU PENGETAHUAN[1]

Oleh: Ibrahim[2]
(ab_irhamiy@yahoo.com)



Menulis dan meneliti, dua pekerjaan yang saling berbeda, namun tidak bisa dipisahkan. Jika menulis adalah upaya merangkai ide, pikiran dan gagasan ke dalam untaian kata di atas kertas, maka meneliti adalah upaya menghasilkan ilmu pengetahuan yang dapat dipercaya dan diterima secara ilmiah berdasarkan prosedur kerja ilmiah pula. Menulis merupakan ekspresi seseorang atas pengalaman dan ilmu pengetahuan untuk dibagi, maka meneliti merupakan semangat ingin tau dan mencari kebenaran ilmiah itu sendiri yang disebut ilmu pengetahuan. 
Menulis menghasilkan tulisan (karya tulis). Meneliti menghasilkan pengetahuan (ilmu pengetahuan). Tulisan yang baik mestinya dihasilkan dari prosedur kerja ilmiah yang baik pula. Disinilah penelitian menjadi sumber penting menghadirkan data dan informasi yang bersifat ilmiah untuk ditulis sebagai karya tulis ilmiah. Karena itu, menulis dan meneliti adalah pekerjaan yang saling melengkapi dan tak terpisahkan untuk menghasilkan karya tulis ilmiah. Karenanya menulis dan meneliti adalah jembatan ilmu pengetahuan ilmiah itu. 

MENGAPA HARUS MENULIS
Menulis adalah jembatan ilmu. Dengan menulis kita bisa saling berbagi pengetahuan dengan orang lain. Melalui tulisan, ilmu pengetahuan terus berkembang, dibaca, dikaji dan diteliti. Menulis itu bagaikan ikatan keabadian, sebab dengan tulisan seseorang terus hidup dalam pikiran pembacanya. Imam Ali pernah berujar bahwa menulis adalah mengikat pemahaman dan pengetahuan. Semakin banyak menulis, akan semakin kuat ikatan pemahaman dan pengetahuan yang kita miliki. Karena itu, menulis dan menulislah...
Perkara menulis, bagi sebagian orang mungkin bukan suatu masalah. Sebab ada banyak hal yang bisa ditulis. Alam dengan segala isinya adalah segudang bahan dan materi yang dapat ditulis. Akan tetapi bagi sebagian yang lain, menulis itu adalah sesuatu yang sulit, bahkan momok yang menakutkan. Seringkali sebagian kita harus “menyerah” untuk sebuah tugas menulis. Bahkan sekedar menulis pengalaman sendiri kita tidak mampu.
Persoalannya, mengapa pekerjaan menulis itu mudah bagi sebagian orang? dan, mengapa pula menulis menjadi persoalan yang sangat sulit bagi sebagian yang lain? Kata kunci utamanya adalah pembiasaan. Mereka yang merasa mudah dalam menulis karena sudah terbiasa dan membiasakan diri untuk menulis, meskipun terhadap hal-hal yang sederhana. Menulis pengalaman, kisah perjalanan, ide, perasaanya, dan sebagainya. Sebaliknya, menulis menjadi pekerjaan yang sangat berat dan sulit karena kita tidak terbiasa dan kurang membiasakan diri dengan pekerjaan menulis. Banyak dari kita yang bisa berbicara (ceramah-diskusi) hingga berjam-jam, akan tetapi tidak mampu menulis satu kalimat atau satu paragraf pun.
Padahal bicara wawasan dan pengalaman hidup, semua orang punya. Setiap kita mungkin punya cerita dan pelajaran hidup yang bernilai dan bermanfaat bagi orang lain, atau paling tidak bagi anak cucu kita. Akan tetapi ketika kita tidak pernah menulisnya, maka semua itu akan hilang bersamaan dengan berakhirnya kehidupan kita. Karena itu, marilah untuk mulai membiasakan diri menulis.  Tulis lah apa yang bisa di tulis, dan tulislah apa yang mau ditulis.
Keterampilan menulis bukan keahlian yang datang begitu saja (instan), tapi sebuah proses. Lagi-lagi proses pembiasaan, dilatih dan terus dilatih. Karena itu, tidak satupun penulis di dunia ini muncul dengan serta merta menjadi penulis terkenal-hebat. Kesuksesan menjadi penulis ternama hari ini, mungkin satu dari sekian banyak pengalaman kegagalan menulis yang berhasil dilewati. Karena itu, kalau mau menjadi penulis yang hebat, mulailah menulis dari sekarang, dan jangan pernah berhenti menulis, maka kita akan jadi penulis.

Menulis Ilmiah
Menulis ilmiah adalah membuat tulisan yang memenuhi kriteria antara lain: pertama, isi tulisan mengandung nilai-nilai ilmu pengetahuan di dalamnya; kedua, apa yang ditulis adalah suatu fenomena yang benar-benar terjadi (faktual), yang bisa dibuktikan dan diverifikasi keberadaannya; ketiga, cara penulisan mengikuti gaya (struktur dan sistematika) tertentu yang disepakati (konsensus) di dunia ilmu pengetahuan; keempat, tulisan ilmiah selalunya memiliki sandaran ilmiah yang jelas dan kuat dalam bentuk sumber rujukan dan bahan kepustakaan. Sebab, pada dasarnya ilmu pengetahuan saling terkait dan bergantung. Tidak ada ilmu pengetahuan yang benar-benar berdiri sendiri tampa hubungan dan keterkaitan dengan ilmu pengetahuan yang lain.
Menulis ilmiah mesti memperhatikan ketercakupan keempat kriteria tersebut. Karena itu, tulisan ilmiah mesti dihasilkan dari prosedur kerja ilmiah yang baik dan jelas, seperti dari hasil penelitian. Karena hasil penelitian, maka tentu saja objek kajiannya jelas dan faktual, bukan sesuatu yang absurd, yang ada dalam hayalan dan mimpi belaka[3].
Tulisan Ilmiah yang baik yang bisa diverifikasi menyuguhkan informasi dan data dengan sumber yang jelas, baik nama sumber, tempat, maupun waktunya. Termasuk sumber rujukan yang digunakan dalam sebuah tulisan ilmiah juga harus berwibawa dan dapat diverifikasi kebenarannya. Karena itu, tidak semua bahan (sumber bacaan) layak untuk dijadikan rujukan dalam membuat karya tulis ilmiah yang baik[4].
Menulis ilmiah juga bermakna mengutarakan ide, gagasan dan pemikiran secara teratur, sistematis dan argumentatif, dengan bahasa yang baik dan mudah dipahami, dalam struktur kalimat yang baik dan sempurna, tampilan yang juga manarik dan rapi. Karena pada prinsipnya, menulis ilmiah adalah menyuguhkan sesuatu untuk dibaca dan dipahami oleh orang lain sebagai pembacanya.  
Dengan kata lain, menulis ilmiah mesti memperhatikan sisi materi (isi) dan cara-cara (teknik) penulisan yang baik dan disepakati dalam dunia ilmu pengetahuan ilmiah. Karena itu, karya tulis ilmiah selalunya mengacu pada ketentuan-ketentuan penulisan yang ada, yang disediakan-dibuat oleh lembaga atau institusi ilmiah tertentu. Bahkan dalam konteks karya tulis ilmiah, ketentuan atau pedoman penulisan itulah sesungguhnya “kitab suci” yang harus dipatuhi dalam menulis.

Menulis untuk Publikasi Ilmiah
Apalagi dalam konteks karya tulis ilmiah yang dipublikasi, setidaknya kita harus pahami bahwa, bukanlah tulisan yang baik yang dikejar. Sebab tidak ada tulisan yang benar-benar baik (sebagai suatu penilaian yang objektif-mutlak). Tulisan dianggap baik ketika mampu menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan penulisan yang telah ditetapkan, baik aspek isi maupun teknisnya. Dengan mengikuti secara baik dan benar semua ketentuan (pedoman) penulisan, maka sebuah tulisan dianggap baik dan diterima. Sebaliknya, sebagus apapun tulisan yang dihasilkan, jika tidak mengikuti ketentuan (gaya) penulisan yang diinginkan, tetap saja dianggap tidak baik dan ditolak.
Menulis karya ilmiah sama pentingnya dengan mempublikasikannya supaya dapat dibaca dan bermanfaat bagi transformasi dan sosialisasi keilmuan-akademis. Akan tetapi faktanya, menulis dan mempublikasikannya juga bukan pekerjaan yang mudah. Karena itu, kita bukan saja perlu tau teknik penulisannya, tetapi juga perlu tau teknik meraih peluang publikasinya, terutama di jurnal-jurnal ilmiah. Teknik yang paling fundamental itu ada dua; pertama, kecendrungan isi (materi) kajian yang sesuai, dalam hal ini bidang keilmuan jurnal dengan tulisan yang diajukan; kedua, teknik penulisan yang diinginkan, dalam hal ini gaya penulisan sebagaimana diatur dalam ketentuan penulisan yang harus dipatuhi. Jika bisa memastikan dua hal ini terakomodir dalam menulis, maka yakinlah proses penulisan dan publikasi jurnal akan didapatkan. Sebaliknya jika mengabaikan kedua hal ini, atau salah satunya, maka peluang tulisan diterima dan diterbitkan sangat kecil.
Dengan kata lain, untuk menghasilkan karya tulis ilmiah yang baik diperlukan ilmu dan stretegi menulis yang baik dan benar, selain pembiasaan. Untuk menembus publikasi di jurnal ilmiah juga diperlukan strategi dan teknik penulisan yang baik, terutama menyangkut ketentuan teknik penulisan yang diinginkan oleh setiap jurnal ilmiah.

MENGAPA HARUS MENELITI
Penelitian adalah mahkota pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah. Dan meneliti merupakan pekerjaan akademis dalam rangka menemukan dan mengembangkan pengetahuan ilmiah itu. Karena itu, aktivitas penelitian menjadi bagian penting dalam sebuah institusi pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah, dalam hal ini perguruan tinggi. Artinya bahwa, pengembangan ilmu pengetahuan itu sesungguhnya tidak mungkin mengabaikan apa yang disebut dengan penelitian ilmiah. Bahkan dengan dan melalui penelitian-penelitian itulah sebuah ilmu pengetahuan dihasilkan dan dikembangkan secara terus menerus.
Pentingnya arti penelitian bagi pengembangan ilmu pengetahuan, mengharuskan setiap individu di dalamnya dapat memahami dan menguasai ilmu penelitian itu. Dengan dan melalui penelitian itulah sebuah pengetahuan teoritis tidak lagi berkutat semata-mata sebagai pengetahuan kognitif (wacana belaka), melainkan juga dapat diaflikasikan sebagai pengetahuan yang bersifat fungsional dan praktis (sosial kemasyarakatan). Sebaliknya dengan dan melalui penelitian pula, pengalaman praktis (fungsional, lapangan dan terbatas) dapat menjadi wawasan yang bersifat ilmu pengetahuan yang diterima secara umum sebagai kenyataan ilmiah.
Pada prinsipnya, menyadari akan pentingnya makna dan fungsi penelitian akan memunculkan sikap yang sadar dan peduli akan perlunya ilmu meneliti. Apa itu penelitian, dan bagaimana cara kerja melakukan penelitian yang baik dan benar itu. Adakah meneliti itu pekerjaan yang susah atau gampang. Inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah metodologi penelitian.
 
Meneliti Itu Susah-Susah Gampang
Apakah meneliti itu sebuah pekerjaan yang susah? Ataukah sesungguhnya penelitian itu adalah pekerjaan yang gampang atau mudah? Dua pertanyaan ini seringkali menjadi persoalan utama dalam memulai suatu penelitian. Karenanya juga ada dua kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap pernyataan bahwa meneliti itu susah-susah gampang. Mengapa susah-susah gampang…? Berikut penjelasan dari kedua kemungkinan tersebut; meneliti, susah – gampang.
1.     Meneliti itu Susah
Meneliti menjadi sebuah pekerjaan yang susah, bahkan sangat susah jika tidak didasari pada pengetahuan yang baik dan memadai mengenai cara kerja meneliti. Dalam hal ini, ada banyak hal yang harus dipahami dan dikuasai oleh seseorang untuk dapat melakukan penelitian yang baik dan mendapatkan hasil penelitian yang berwibawa, diantaranya;
Pertama, penelitian yang baik mesti dimulai dengan pemahaman yang baik dan benar mengenai substansi apa yang mau diteliti. Inilah yang diwakili dengan pertanyaan what dalam penelitian. Jika penelitian itu bermakna mencari (search) atau mencari dan mencari (re-search), maka hal yang utama dan pertama harus jelas bagi peneliti adalah tentang apa yang mau dicari (di research)?
Untuk menemukan apa yang mau dicari sesungguhnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebab peneliti harus mampu memahami secara baik persoalan yang dihadapi. Masalah apa sesungguhnya yang terjadi, apa penyebabnya, dan berbagai aspek yang terkait di dalamnya. Artinya bahwa, untuk menentukan what dalam penelitian, seorang peneliti mesti mampu menemukan dan merumuskan satu aspek utama (penting) dari sebuah persoalan yang ada. Aspek inilah yang disebut dengan fokus pada penelitian kualitatif, atau variabel untuk penelitian kuantitatif.
Keliru dalam menentukan fokus atau variabel dalam sebuah penelitian, akan menyebabkan kelirunya kerja-kerja menemukan jawaban atau hasil dari suatu penelitian. Kesalahan dalam memilih fokus atau variabel akan berakibat pada kekeliruan dalam keseluruhan kerja-kerja penelitian. Karenanya, bagian ini diperlukan pengetahun yang baik dan memadai dengan ilmu meneliti.
Kedua, penelitian yang baik dan berwibawa bukan saja bicara soal hasil yang disuguhkan dalam bentuk pernyataan ilmiah, melainkan juga melandasi diri pada prosedur kerja yang jelas dan terpercaya yang disebut dengan metodologi. Bukankah sebuah kebenaran sangat bergantung terhadap konteksnya? Jika pernyataan ilmiah sebagai hasil penelitian adalah kebenaran, maka prosedur kerja (metodologi) penelitian itulah konteksnya. Dengan begitu maka, menguasai metodologi tidak kalah pentingnya dengan memahami substansi apa (what) yang mau diteliti. Lagi-lagi, untuk menjadi peneliti yang berwibawa mesti memahami dan menguasai ilmu meneliti (metodologi) yang baik dan benar pula.
2.     Meneliti itu Gampang
Pada sebagian orang, meneliti itu bukanlah pekerjaan yang susah-susah amat. Jika  memahami ilmunya, meneliti itu sesungguhnya adalah pekerjaan yang mudah. Untuk pendapat yang satu ini, meneliti layaknya pekerjaan kita sehari-hari. Dimana ketika perut lapar, kita akan berpikir untuk makan, mencari apa yang bisa dimakan, dimana bisa mendapatkan makanan, bagaimana cara mendapatkan makanan, dan seperti apa tahapan pengolahan bahannya hingga siap untuk dimakan. Berapa banyak kebutuhan untuk dimakan, dan bagaimana cara menyajikan makanan hingga perut yang tadinya lapar menjadi kenyang (tidak lagi lapar).
Sebagaimana prosedur makan di atas, meneliti itu pada prinsipnya juga sama, yakni mencari tahu terhadap beberapa persoalan dalam penelitian; apa persoalannya, mengapa persoalan itu muncul, bagaimana menemukan persoalan itu, dan bagaimana menjawab persoalan tersebut. Sebagaimana makan, penelitian juga tidak serta merta menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian. Tetapi mesti melalui prosedur yang tepat dan rasional. Prosedur kerja yang sistematis dan terpercaya. Itulah prosedur (metodologi) penelitian.
Meneliti itu gampang karena ia bukanlah pekerjaan teoritis, melainkan pekerjaan praktis. Dalam konteks penelitian yang benar (apalagi untuk penelitian kualitatif), teori hanya berperan untuk membantu dalam proses kerja dan menemukan jawaban dari sebuah penelitian. Akan tetapi dengan memahami teori, tentu akan semakin memudahkan kita dalam menjalankan penelitian di lapangan.
         
Meneliti, apa..?
Bagian utama yang harus dipahami oleh seorang peneliti adalah persoalan apa yang mau diteliti (what). Memahami apa yang mau diteliti akan membawa seorang peneliti pada kejelasan mengenai apa yang hendak dicari (di-research). Informasi apa yang mesti digali di lapangan. Dari sinilah seorang peneliti dapat menentukan langkah kerja apa yang akan dijalankan selama dan dalam proses penelitian.
Apa yang mau diteliti, itulah yang disebut fokus dalam penelitian kualitatif, atau variabel dalam penelitian kuantitatif. Sebagai sebuah fokus, peneliti telah memiliki kejelasan arah dan substansi kajian yang akan dilakukan. Peneliti sudah bisa membuat sebuah pertanyaan utama penelitian yang disebut Mayor research question (MaRQ). Dari MaRQ ini, selanjutnya juga peneliti dapat merumuskan beberapa pertanyaan spesifik sebagai penjabarannya yang disebut dengan Minor Research Question (MiRQ).
Kejelasan mengenai MaRQ dan MiRQ inilah sesungguhnya yang menuntun keseluruhan kerja penelitian di lapangan. Sebab, kedua hal inilah yang dicarikan datanya di lapangan, dan kedua hal ini pulalah yang mesti dijawab sebagai sebuah hasil akhir dari penelitian yang dilakukan. Karena itulah meneliti pada substansinya mencari jawaban terhadap persoalan yang disebut dengan apa (what). Bukankah ini semua merupakan ilmu meneliti (metodologi penelitian)..?

Meneliti, mengapa..?
Untuk memperkuat argumentasi mengenai pilihan apa (what) yang diteliti, penelitian yang baik juga mesti mampu mengemukakan sejumlah alasan mengapa penelitian dimaksud penting dilakukan. Alasan-alasan inilah yang dikemukakan sebagai alasan mengapa meneliti (why). Sebuah persoalan akan menjadi penting dan bernilai jika didasari pada alasan-alasan yang baik dan menyakinkan, meskipun bagi sebagian orang tidak menarik atau tidak ada persoalan. Sebaliknya, persoalan yang besar tidak tampak nilai pentingnya untuk diteliti jika tidak disertai dengan alasan-alasan yang baik dan menyakinkan untuk diteliti.
Artinya bahwa, bicara penelitian, penting bagi peneliti untuk merumuskan sejumlah alasan dan argumentasi mengapa (why) penelitian itu penting. Mengapa persoalan tertentu dipilih untuk diteliti, yang lain tidak. Apa isu problematiknya, atau keistimewaannya, atau keunikannya dan kekiniannya sebuah realitas yang diteliti. Dalam konteks penelitian, argumentasi (alasan) mengapa penelitian itu penting dilakukan itulah yang dikemas sebagai latar belakang masalah, tujuan dan manfaat, serta signifikansi penelitian. Bukankah ini semua juga ilmu-ilmu untuk meneliti (metodologi penelitian)..?

   
Meneliti, bagaimana..?
Setelah jelas apa yang diteliti (what), dan mengapa perlu diteliti (why), pada akhirnya seorang peneliti akan sampai pada pekerjaan merencanakan cara atau prosedur kerja apa yang akan ditempuh (how). Diantara prosedur kerja penelitian yang dimaksud meliputi pilihan pendekatan dan metode yang digunakan, penentuan data dan sumber data, penentuan teknik pengumpulan data, penentuan teknik analisis data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data.  
Bagaimana meneliti...? sila baca panduan praktis penelitian kualitatif dalam buku-buku metodologi penelitian, diantaranya buku saya yang  berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif, yang diterbitkan oleh Penerbit Alfabeta, Bandung.
Akhirnya, jika kita sepakat bahwa menulis dan meneliti itu adalah jembatan ilmu pengetahuan, maka sudah sepatutnya untuk kita memberikan perhatian yang lebih terhadap kedua aktivitas ini dalam pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah. Tulisan yang baik yang dihasilkan dari penelitian yang benar, akan menjembatani pemikiran dan transformasi pengetahuan ilmiah. Karena itu tugas selanjutnya adalah memastikan bahwa sebuah tulisan yang dihasilkan itu dibaca dan dapat diakses oleh orag lain, adalah pekerjaan penting terkait publikasi karya tulis ilmiah. Sebab dengan begitu kita bisa saling berbagi pengalaman, pemahaman dan wawasan akademis dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Wallahu a`lamu bish shawab.


[1] Makalah pengantar diskusi dan motivasi menulis dan meneliti bagi pra Penyuluh Agama di lingkungan Kementerian Agama se Kalimantan Barat, di Hotel Kartika, 21-23 Agustus 2017.

[2] Lektor Kepala dalam bidang Keahlian Komunikasi Penyiaran Islam dan Antarbudaya pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak. Meraih gelar Doktor dari Universiti Kebangsaan Malaysia.
[3] Dengan demikian, karya tulis dalam bentuk fiksi (hayalan) seperti novel dan sejenisnya tidak bisa dikategorikan sebagai karya tulis ilmiah. Tapi karya tulis saja. Meskipun untuk kasus-kasus tertentu (sangat khusus) mungkin ada yang mendekati kriteria ilmiah.
[4] Terutama sumber-sumber internet melalui browsing, yang didapatkan di halaman depan (homepage) berupa http, www, blogspot, facebook dan semacamnya umumnya tidak bisa diverifikasi dengan jelas kriteria keilmiahannya. Karena itu, sebaiknya dihindari untuk dijadikan sebagai sumber rujukan karya tulis ilmiah. Sumber karya tulis ilmiah di internet sebaiknya dalam bentuk artikel Journal Online (e-journal), dan buku online (e-books) yang penulis dan penerbitnya jelas.