MENULIS & MENELITI: JEMBATAN ILMU
PENGETAHUAN[1]
Oleh: Ibrahim[2]
(ab_irhamiy@yahoo.com)
Menulis dan meneliti, dua pekerjaan yang
saling berbeda, namun tidak bisa dipisahkan. Jika menulis adalah upaya
merangkai ide, pikiran dan gagasan ke dalam untaian kata di atas kertas, maka
meneliti adalah upaya menghasilkan ilmu pengetahuan yang dapat dipercaya dan
diterima secara ilmiah berdasarkan prosedur kerja ilmiah pula. Menulis
merupakan ekspresi seseorang atas pengalaman dan ilmu pengetahuan untuk dibagi,
maka meneliti merupakan semangat ingin tau dan mencari kebenaran ilmiah itu
sendiri yang disebut ilmu pengetahuan.
Menulis menghasilkan tulisan (karya
tulis). Meneliti menghasilkan pengetahuan (ilmu pengetahuan). Tulisan yang baik
mestinya dihasilkan dari prosedur kerja ilmiah yang baik pula. Disinilah
penelitian menjadi sumber penting menghadirkan data dan informasi yang bersifat
ilmiah untuk ditulis sebagai karya tulis ilmiah. Karena itu, menulis dan
meneliti adalah pekerjaan yang saling melengkapi dan tak terpisahkan untuk
menghasilkan karya tulis ilmiah. Karenanya menulis dan meneliti adalah jembatan
ilmu pengetahuan ilmiah itu.
MENGAPA HARUS MENULIS
Menulis adalah jembatan ilmu. Dengan menulis
kita bisa saling berbagi pengetahuan dengan orang lain. Melalui tulisan, ilmu
pengetahuan terus berkembang, dibaca, dikaji dan diteliti. Menulis itu bagaikan
ikatan keabadian, sebab dengan tulisan seseorang terus hidup dalam pikiran
pembacanya. Imam Ali pernah berujar bahwa menulis adalah mengikat pemahaman dan
pengetahuan. Semakin banyak menulis, akan semakin kuat ikatan pemahaman dan
pengetahuan yang kita miliki. Karena itu, menulis dan menulislah...
Perkara menulis, bagi sebagian orang
mungkin bukan suatu masalah. Sebab ada banyak hal yang bisa ditulis. Alam
dengan segala isinya adalah segudang bahan dan materi yang dapat ditulis. Akan
tetapi bagi sebagian yang lain, menulis itu adalah sesuatu yang sulit, bahkan
momok yang menakutkan. Seringkali sebagian kita harus “menyerah” untuk sebuah
tugas menulis. Bahkan sekedar menulis pengalaman sendiri kita tidak mampu.
Persoalannya, mengapa pekerjaan
menulis itu mudah bagi sebagian orang? dan, mengapa pula menulis menjadi
persoalan yang sangat sulit bagi sebagian yang lain? Kata kunci utamanya adalah
pembiasaan. Mereka yang merasa mudah dalam menulis karena sudah terbiasa dan
membiasakan diri untuk menulis, meskipun terhadap hal-hal yang sederhana.
Menulis pengalaman, kisah perjalanan, ide, perasaanya, dan sebagainya. Sebaliknya,
menulis menjadi pekerjaan yang sangat berat dan sulit karena kita tidak
terbiasa dan kurang membiasakan diri dengan pekerjaan menulis. Banyak dari kita
yang bisa berbicara (ceramah-diskusi) hingga berjam-jam, akan tetapi tidak
mampu menulis satu kalimat atau satu paragraf pun.
Padahal bicara wawasan dan pengalaman
hidup, semua orang punya. Setiap kita mungkin punya cerita dan pelajaran hidup
yang bernilai dan bermanfaat bagi orang lain, atau paling tidak bagi anak cucu
kita. Akan tetapi ketika kita tidak pernah menulisnya, maka semua itu akan
hilang bersamaan dengan berakhirnya kehidupan kita. Karena itu, marilah untuk
mulai membiasakan diri menulis. Tulis lah apa yang bisa di tulis, dan
tulislah apa yang mau ditulis.
Keterampilan menulis bukan keahlian
yang datang begitu saja (instan),
tapi sebuah proses. Lagi-lagi proses pembiasaan, dilatih dan terus dilatih.
Karena itu, tidak satupun penulis di dunia ini muncul dengan serta merta
menjadi penulis terkenal-hebat. Kesuksesan menjadi penulis ternama hari ini,
mungkin satu dari sekian banyak pengalaman kegagalan menulis yang berhasil
dilewati. Karena itu, kalau mau menjadi penulis yang hebat, mulailah menulis
dari sekarang, dan jangan pernah berhenti menulis, maka kita akan jadi penulis.
Menulis Ilmiah
Menulis ilmiah adalah membuat tulisan yang memenuhi
kriteria antara lain: pertama, isi
tulisan mengandung nilai-nilai ilmu pengetahuan di dalamnya; kedua, apa yang ditulis adalah suatu
fenomena yang benar-benar terjadi (faktual),
yang bisa dibuktikan dan diverifikasi keberadaannya; ketiga, cara penulisan mengikuti gaya (struktur dan sistematika)
tertentu yang disepakati (konsensus)
di dunia ilmu pengetahuan; keempat,
tulisan ilmiah selalunya memiliki sandaran ilmiah yang jelas dan kuat dalam
bentuk sumber rujukan dan bahan kepustakaan. Sebab, pada dasarnya ilmu
pengetahuan saling terkait dan bergantung. Tidak ada ilmu pengetahuan yang
benar-benar berdiri sendiri tampa hubungan dan keterkaitan dengan ilmu
pengetahuan yang lain.
Menulis ilmiah mesti memperhatikan
ketercakupan keempat kriteria tersebut. Karena itu, tulisan ilmiah mesti
dihasilkan dari prosedur kerja ilmiah yang baik dan jelas, seperti dari hasil
penelitian. Karena hasil penelitian, maka tentu saja objek kajiannya jelas dan
faktual, bukan sesuatu yang absurd,
yang ada dalam hayalan dan mimpi belaka[3].
Tulisan Ilmiah yang baik yang bisa
diverifikasi menyuguhkan informasi dan data dengan sumber yang jelas, baik nama
sumber, tempat, maupun waktunya. Termasuk sumber rujukan yang digunakan dalam
sebuah tulisan ilmiah juga harus berwibawa dan dapat diverifikasi kebenarannya.
Karena itu, tidak semua bahan (sumber bacaan) layak untuk dijadikan rujukan
dalam membuat karya tulis ilmiah yang baik[4].
Menulis ilmiah juga bermakna mengutarakan
ide, gagasan dan pemikiran secara teratur, sistematis dan argumentatif, dengan
bahasa yang baik dan mudah dipahami, dalam struktur kalimat yang baik dan
sempurna, tampilan yang juga manarik dan rapi. Karena pada prinsipnya, menulis
ilmiah adalah menyuguhkan sesuatu untuk dibaca dan dipahami oleh orang lain
sebagai pembacanya.
Dengan kata lain, menulis ilmiah mesti
memperhatikan sisi materi (isi) dan cara-cara (teknik) penulisan yang baik dan
disepakati dalam dunia ilmu pengetahuan ilmiah. Karena itu, karya tulis ilmiah
selalunya mengacu pada ketentuan-ketentuan penulisan yang ada, yang disediakan-dibuat
oleh lembaga atau institusi ilmiah tertentu. Bahkan dalam konteks karya tulis
ilmiah, ketentuan atau pedoman penulisan itulah sesungguhnya “kitab suci” yang
harus dipatuhi dalam menulis.
Menulis untuk Publikasi Ilmiah
Apalagi dalam konteks karya tulis ilmiah yang
dipublikasi, setidaknya kita harus pahami bahwa, bukanlah tulisan yang baik
yang dikejar. Sebab tidak ada tulisan yang benar-benar baik (sebagai suatu
penilaian yang objektif-mutlak). Tulisan dianggap baik ketika mampu
menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan penulisan yang telah ditetapkan, baik
aspek isi maupun teknisnya. Dengan mengikuti secara baik dan benar semua
ketentuan (pedoman) penulisan, maka sebuah tulisan dianggap baik dan diterima.
Sebaliknya, sebagus apapun tulisan yang dihasilkan, jika tidak mengikuti
ketentuan (gaya) penulisan yang diinginkan, tetap saja dianggap tidak baik dan
ditolak.
Menulis karya ilmiah sama pentingnya
dengan mempublikasikannya supaya dapat dibaca dan bermanfaat bagi transformasi
dan sosialisasi keilmuan-akademis. Akan tetapi faktanya, menulis dan
mempublikasikannya juga bukan pekerjaan yang mudah. Karena itu, kita bukan saja
perlu tau teknik penulisannya, tetapi juga perlu tau teknik meraih peluang
publikasinya, terutama di jurnal-jurnal ilmiah. Teknik yang paling fundamental
itu ada dua; pertama, kecendrungan
isi (materi) kajian yang sesuai, dalam hal ini bidang keilmuan jurnal dengan
tulisan yang diajukan; kedua, teknik
penulisan yang diinginkan, dalam hal ini gaya penulisan sebagaimana diatur
dalam ketentuan penulisan yang harus dipatuhi. Jika bisa memastikan dua hal ini
terakomodir dalam menulis, maka yakinlah proses penulisan dan publikasi jurnal
akan didapatkan. Sebaliknya jika mengabaikan kedua hal ini, atau salah satunya,
maka peluang tulisan diterima dan diterbitkan sangat kecil.
Dengan kata lain, untuk menghasilkan
karya tulis ilmiah yang baik diperlukan ilmu dan stretegi menulis yang baik dan
benar, selain pembiasaan. Untuk menembus publikasi di jurnal ilmiah juga
diperlukan strategi dan teknik penulisan yang baik, terutama menyangkut
ketentuan teknik penulisan yang diinginkan oleh setiap jurnal ilmiah.
MENGAPA HARUS MENELITI
Penelitian adalah mahkota pengembangan ilmu
pengetahuan ilmiah. Dan meneliti merupakan pekerjaan akademis dalam rangka
menemukan dan mengembangkan pengetahuan ilmiah itu. Karena itu, aktivitas
penelitian menjadi bagian penting dalam sebuah institusi pengembangan ilmu
pengetahuan ilmiah, dalam hal ini perguruan tinggi. Artinya bahwa, pengembangan
ilmu pengetahuan itu sesungguhnya tidak mungkin mengabaikan apa yang disebut
dengan penelitian ilmiah. Bahkan dengan dan melalui penelitian-penelitian
itulah sebuah ilmu pengetahuan dihasilkan dan dikembangkan secara terus
menerus.
Pentingnya arti penelitian bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, mengharuskan setiap individu di dalamnya dapat
memahami dan menguasai ilmu penelitian itu. Dengan dan melalui penelitian
itulah sebuah pengetahuan teoritis tidak lagi berkutat semata-mata sebagai
pengetahuan kognitif (wacana belaka), melainkan juga dapat diaflikasikan
sebagai pengetahuan yang bersifat fungsional dan praktis (sosial
kemasyarakatan). Sebaliknya dengan dan melalui penelitian pula, pengalaman
praktis (fungsional, lapangan dan terbatas) dapat menjadi wawasan yang bersifat
ilmu pengetahuan yang diterima secara umum sebagai kenyataan ilmiah.
Pada prinsipnya, menyadari akan
pentingnya makna dan fungsi penelitian akan memunculkan sikap yang sadar dan
peduli akan perlunya ilmu meneliti. Apa itu penelitian, dan bagaimana cara
kerja melakukan penelitian yang baik dan benar itu. Adakah meneliti itu
pekerjaan yang susah atau gampang. Inilah yang selanjutnya dikenal dengan istilah
metodologi penelitian.
Meneliti Itu Susah-Susah Gampang
Apakah meneliti itu sebuah pekerjaan yang
susah? Ataukah sesungguhnya penelitian itu adalah pekerjaan yang gampang atau
mudah? Dua pertanyaan ini seringkali menjadi persoalan utama dalam memulai
suatu penelitian. Karenanya juga ada dua kemungkinan jawaban yang dapat
diberikan terhadap pernyataan bahwa meneliti itu susah-susah gampang. Mengapa
susah-susah gampang…? Berikut penjelasan dari kedua kemungkinan tersebut;
meneliti, susah – gampang.
1. Meneliti
itu Susah
Meneliti menjadi sebuah pekerjaan yang susah,
bahkan sangat susah jika tidak didasari pada pengetahuan yang baik dan memadai
mengenai cara kerja meneliti. Dalam hal ini, ada banyak hal yang harus dipahami
dan dikuasai oleh seseorang untuk dapat melakukan penelitian yang baik dan
mendapatkan hasil penelitian yang berwibawa, diantaranya;
Pertama,
penelitian yang baik mesti dimulai dengan pemahaman yang baik dan benar
mengenai substansi apa yang mau diteliti. Inilah yang diwakili dengan
pertanyaan what dalam penelitian.
Jika penelitian itu bermakna mencari (search)
atau mencari dan mencari (re-search),
maka hal yang utama dan pertama harus jelas bagi peneliti adalah tentang apa
yang mau dicari (di research)?
Untuk menemukan apa yang mau dicari
sesungguhnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebab peneliti harus mampu memahami
secara baik persoalan yang dihadapi. Masalah apa sesungguhnya yang terjadi, apa
penyebabnya, dan berbagai aspek yang terkait di dalamnya. Artinya bahwa, untuk
menentukan what dalam penelitian,
seorang peneliti mesti mampu menemukan dan merumuskan satu aspek utama
(penting) dari sebuah persoalan yang ada. Aspek inilah yang disebut dengan
fokus pada penelitian kualitatif, atau variabel untuk penelitian kuantitatif.
Keliru dalam menentukan fokus atau
variabel dalam sebuah penelitian, akan menyebabkan kelirunya kerja-kerja
menemukan jawaban atau hasil dari suatu penelitian. Kesalahan dalam memilih
fokus atau variabel akan berakibat pada kekeliruan dalam keseluruhan
kerja-kerja penelitian. Karenanya, bagian ini diperlukan pengetahun yang baik
dan memadai dengan ilmu meneliti.
Kedua, penelitian
yang baik dan berwibawa bukan saja bicara soal hasil yang disuguhkan dalam
bentuk pernyataan ilmiah, melainkan juga melandasi diri pada prosedur kerja
yang jelas dan terpercaya yang disebut dengan metodologi. Bukankah sebuah
kebenaran sangat bergantung terhadap konteksnya? Jika pernyataan ilmiah sebagai
hasil penelitian adalah kebenaran, maka prosedur kerja (metodologi) penelitian
itulah konteksnya. Dengan begitu maka, menguasai metodologi tidak kalah
pentingnya dengan memahami substansi apa (what)
yang mau diteliti. Lagi-lagi, untuk menjadi peneliti yang berwibawa mesti
memahami dan menguasai ilmu meneliti (metodologi) yang baik dan benar pula.
2. Meneliti
itu Gampang
Pada sebagian orang, meneliti itu bukanlah
pekerjaan yang susah-susah amat. Jika
memahami ilmunya, meneliti itu sesungguhnya adalah pekerjaan yang mudah.
Untuk pendapat yang satu ini, meneliti layaknya pekerjaan kita sehari-hari.
Dimana ketika perut lapar, kita akan berpikir untuk makan, mencari apa yang
bisa dimakan, dimana bisa mendapatkan makanan, bagaimana cara mendapatkan
makanan, dan seperti apa tahapan pengolahan bahannya hingga siap untuk dimakan.
Berapa banyak kebutuhan untuk dimakan, dan bagaimana cara menyajikan makanan
hingga perut yang tadinya lapar menjadi kenyang (tidak lagi lapar).
Sebagaimana prosedur makan di atas,
meneliti itu pada prinsipnya juga sama, yakni mencari tahu terhadap beberapa
persoalan dalam penelitian; apa persoalannya, mengapa persoalan itu muncul,
bagaimana menemukan persoalan itu, dan bagaimana menjawab persoalan tersebut.
Sebagaimana makan, penelitian juga tidak serta merta menemukan jawaban dari
pertanyaan penelitian. Tetapi mesti melalui prosedur yang tepat dan rasional.
Prosedur kerja yang sistematis dan terpercaya. Itulah prosedur (metodologi)
penelitian.
Meneliti itu gampang karena ia
bukanlah pekerjaan teoritis, melainkan pekerjaan praktis. Dalam konteks
penelitian yang benar (apalagi untuk penelitian kualitatif), teori hanya
berperan untuk membantu dalam proses kerja dan menemukan jawaban dari sebuah
penelitian. Akan tetapi dengan memahami teori, tentu akan semakin memudahkan
kita dalam menjalankan penelitian di lapangan.
Meneliti, apa..?
Bagian utama yang harus dipahami oleh seorang
peneliti adalah persoalan apa yang mau diteliti (what). Memahami apa yang mau diteliti akan membawa seorang peneliti
pada kejelasan mengenai apa yang hendak dicari (di-research). Informasi apa yang mesti digali di lapangan. Dari
sinilah seorang peneliti dapat menentukan langkah kerja apa yang akan
dijalankan selama dan dalam proses penelitian.
Apa yang mau diteliti, itulah yang
disebut fokus dalam penelitian kualitatif, atau variabel dalam penelitian
kuantitatif. Sebagai sebuah fokus, peneliti telah memiliki kejelasan arah dan
substansi kajian yang akan dilakukan. Peneliti sudah bisa membuat sebuah
pertanyaan utama penelitian yang disebut Mayor
research question (MaRQ). Dari MaRQ ini, selanjutnya juga peneliti dapat
merumuskan beberapa pertanyaan spesifik sebagai penjabarannya yang disebut
dengan Minor Research Question (MiRQ).
Kejelasan mengenai MaRQ dan MiRQ
inilah sesungguhnya yang menuntun keseluruhan kerja penelitian di lapangan.
Sebab, kedua hal inilah yang dicarikan datanya di lapangan, dan kedua hal ini
pulalah yang mesti dijawab sebagai sebuah hasil akhir dari penelitian yang
dilakukan. Karena itulah meneliti pada substansinya mencari jawaban terhadap
persoalan yang disebut dengan apa (what).
Bukankah ini semua merupakan ilmu meneliti (metodologi penelitian)..?
Meneliti, mengapa..?
Untuk memperkuat argumentasi mengenai pilihan
apa (what) yang diteliti, penelitian
yang baik juga mesti mampu mengemukakan sejumlah alasan mengapa penelitian
dimaksud penting dilakukan. Alasan-alasan inilah yang dikemukakan sebagai alasan
mengapa meneliti (why). Sebuah
persoalan akan menjadi penting dan bernilai jika didasari pada alasan-alasan
yang baik dan menyakinkan, meskipun bagi sebagian orang tidak menarik atau
tidak ada persoalan. Sebaliknya, persoalan yang besar tidak tampak nilai
pentingnya untuk diteliti jika tidak disertai dengan alasan-alasan yang baik
dan menyakinkan untuk diteliti.
Artinya bahwa, bicara penelitian,
penting bagi peneliti untuk merumuskan sejumlah alasan dan argumentasi mengapa
(why) penelitian itu penting. Mengapa
persoalan tertentu dipilih untuk diteliti, yang lain tidak. Apa isu
problematiknya, atau keistimewaannya, atau keunikannya dan kekiniannya sebuah
realitas yang diteliti. Dalam konteks penelitian, argumentasi (alasan) mengapa
penelitian itu penting dilakukan itulah yang dikemas sebagai latar belakang
masalah, tujuan dan manfaat, serta signifikansi penelitian. Bukankah ini semua
juga ilmu-ilmu untuk meneliti (metodologi penelitian)..?
Meneliti, bagaimana..?
Setelah jelas apa yang diteliti (what), dan mengapa perlu diteliti (why), pada akhirnya seorang peneliti
akan sampai pada pekerjaan merencanakan cara atau prosedur kerja apa yang akan
ditempuh (how). Diantara prosedur
kerja penelitian yang dimaksud meliputi pilihan pendekatan dan metode yang
digunakan, penentuan data dan sumber data, penentuan teknik pengumpulan data,
penentuan teknik analisis data, dan teknik pemeriksaan keabsahan data.
Bagaimana meneliti...? sila baca
panduan praktis penelitian kualitatif dalam buku-buku metodologi penelitian,
diantaranya buku saya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif, yang
diterbitkan oleh Penerbit Alfabeta, Bandung.
Akhirnya, jika kita sepakat bahwa menulis dan meneliti
itu adalah jembatan ilmu pengetahuan, maka sudah sepatutnya untuk kita
memberikan perhatian yang lebih terhadap kedua aktivitas ini dalam pengembangan
ilmu pengetahuan ilmiah. Tulisan yang baik yang dihasilkan dari penelitian yang
benar, akan menjembatani pemikiran dan transformasi pengetahuan ilmiah. Karena
itu tugas selanjutnya adalah memastikan bahwa sebuah tulisan yang dihasilkan
itu dibaca dan dapat diakses oleh orag lain, adalah pekerjaan penting terkait
publikasi karya tulis ilmiah. Sebab dengan begitu kita bisa saling berbagi
pengalaman, pemahaman dan wawasan akademis dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Wallahu a`lamu
bish shawab.
[1]
Makalah pengantar diskusi dan motivasi menulis dan meneliti bagi pra Penyuluh
Agama di lingkungan Kementerian Agama se Kalimantan Barat, di Hotel Kartika,
21-23 Agustus 2017.
[2]
Lektor
Kepala dalam bidang Keahlian Komunikasi Penyiaran Islam dan Antarbudaya pada
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah
(FUAD) IAIN Pontianak. Meraih gelar Doktor dari Universiti Kebangsaan Malaysia.
[3]
Dengan demikian, karya tulis dalam bentuk fiksi (hayalan) seperti novel dan
sejenisnya tidak bisa dikategorikan sebagai karya tulis ilmiah. Tapi karya
tulis saja. Meskipun untuk kasus-kasus tertentu (sangat khusus) mungkin ada
yang mendekati kriteria ilmiah.
[4] Terutama
sumber-sumber internet melalui browsing,
yang didapatkan di halaman depan (homepage)
berupa http, www, blogspot, facebook dan
semacamnya umumnya tidak bisa diverifikasi dengan jelas kriteria keilmiahannya.
Karena itu, sebaiknya dihindari untuk dijadikan sebagai sumber rujukan karya
tulis ilmiah. Sumber karya tulis ilmiah di internet sebaiknya dalam bentuk
artikel Journal Online (e-journal),
dan buku online (e-books) yang
penulis dan penerbitnya jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar