Jumat, 20 Maret 2009

KEARIFAN KOMUNIKASI

Pendahuluan
Mengawali tulisan ini, ada baiknya penulis kemukakan satu pernyataan Edward T. Hall mengenai hubungan budaya dengan komunikasi. Menurutnya “culture is communication, and communication is culture”. Budaya suatu masyarakat akan lestari dengan adanya komunikasi yang mewariskannya secara turun temurun, sebaliknya komunikasi yang dibangun dalam masyarakat sangat tergantung pada budaya yang mempengaruhinya. Perbedaan budaya akan melahirkan satu bentuk komunikasi yang khas dalam suatu masyarakat. Sementara itu dengan komunikasi, anak cucu dapat memelihara budaya hidup yang diwariskan dari orang-orang tua mereka.
Komunikasi dan budaya merupakan conditio sain quo non dalam sejarah social dan kehidupan manusia. Sebab komunikasi itu sendiri adalah kehidupan (Ibrahim, 2005), dan setiap manusia adalah hidup dalam lingkup komunikasi. Karena itu apa yang kita sebut sebagai budaya sebenarnya adalah the total way of life of a peoples (Hall, 1989).
Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipastikan bahwa pantang larang dalam masyarakat juga merupakan akulturasi dari budaya hidup dan komunikasi yang dilakukan dalam membangun tatanan sosial masyarakat. Disinilah pantang larang dipungsikan sebagai pengawal atas tatanan nilai dan aturan yang mengikat kelompok sosial dan budaya untuk mematuhinya guna mewujudkan keseimbangan dan keserasian hidup manusia dan alam. Pantang larang juga merupakan salah satu bentuk perhatian yang besar pada masyarakat Melayu Kapuas Hulu akan keserasian dan keseimbangan alam, sebagaimana hal itu wujud dalam tradisi peladangan (buma) mereka, ada banyak pantang larang yang harus dipatuhi (lihat Ibrahim, 2008). Sebagai perbandingannya, sila baca Marisa (2008) yang menulis tentang Pantang Larang dalam Budaya Sambas.
Pada masyarakat Melayu Kapuas Hulu, pantang larang ini juga dipungsikan sebagai sarana memberikan bimbingan, tunjuk ajar dan komunikasi. Bagaimana sesungguhnya nilai-nilai bimbingan, tunjuk ajar dan komunikasi yang terkandung dalam pantang larang masyarakat Melayu Kapuas Hulu, itulah kajian dan diskusi yang ingin penulis paparkan dalam makalah sederhana ini.

Pantang Larang dalam Masyarakat Melayu
Selain suku Dayak, Melayu adalah salah satu komunitas terbesar yang berdiam di pulau Kalimantan (Nieuwenhuis, 1894; Enthoven, 1903; King, 1993). Di Kalimantan Barat, komunitas Melayu tersebar dari kawasan pesisir hingga ke pedalaman, dari komunitas (asal) pendatang yang masuk bersamaan dengan kedatangan Islam, hingga mereka yang pindah dari suku Dayak menjadi suku Melayu karena telah memeluk Islam, yang seterusnya dikenal dengan Melayu (King, 1993).
Sejarah panjang kehidupan masyarakat Melayu di Kalimantan Barat hingga ke pelosok daerah Ulu Kapuas, telah turut memberikan warna tersendiri dalam membangun tatanan sosial dan keselarasan alam hayati. Dengan kata lain, masyarakat Melayu telah turut memelihara dan menjaga kelestarian alam dan kehidupan sosial di Kalimantan Barat umumnya dan Kapuas Hulu khususnya. Salah satu bentuk tatanan sosial yang dipungsikan sebagai pemelihara keseimbangan dan kelestarian alam mereka adalah wujudnya berbagai pantang larang dalam masyarakat .
Pantang larang merupakan satu tradisi yang tumbuh dan terus berkembang dalam masyarakat. Pantang larang ini pada dasarnya mempunyai tujuan dan maksud tertentu, terutama menyangkut upaya memelihara keseimbangan dan kelestarian di alam. Pantang larang telah tumbuh dan berkembang dengan sangat suburnya dalam tradisi sosial dan budaya masyarakat tradisional. Bahkan dengan pantang larang, kelestarian dan keseimbangan alam lebih terjamin adanya.
Pada masyarakat Melayu di Nanga Jajang, pantang larang masih mempunyai tempat yang cukup signifikan guna mengawal keseimbangan system sosial dan alam. Banyak dari masyarakat tradisional yang mempercayai pantang larang sebagai sesuatu yang pasti akan terjadi. Karena itu mereka mesti mematuhi segala pantang larang yang ada. Sebaliknya, kebanyakan masyarakat tidak berani meninggalkan pantang larang yang ada karena takut akan terjadinya bencana dan mala petaka pada mereka.
Sebagai suatu tradisi sosial dan budaya yang lahir dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, tentu saja pantangan tersebut bukan hanya larangan yang tanpa nilai, melainkan ada banyak pesan penting yang terkandung dalam setiap pantang larang itu. Bahkan nilai inilah yang sesungguhnya menjadi kandungan dalam setiap pantang larang yang ada. Penakutan dengan suatu bencana dan petaka tertentu hanya sebuah sarana atau strategy dalam memperkuat larangan yang ada dalam setiap pantang larang.
Wujudnya pantang larang dalam masyarakat mesti dilihat dan dinilai sebagai tatanan sosial dan etika yang mengatur kehidupan manusia dan alam sekitar, dalam komunitas masyarakat manapun itu, terutama pada masyarakat Melayu di Nanga Jajang, Kapuas Hulu.

Beberapa bentuk Pantang Larang dalam Masyarakat
Ada banyak pantang larang yang hidup dalam masyarakat Melayu di Nanga Jajang, baik yang sepenuhnya masih diamalkan oleh mayoritas masyarakat, maupun yang sudah mulai diabaikan oleh generasi muda saat ini . Beberapa pantang larang tersebut dapat dilaporkan dalam bentuk tabel berikut:

No Pantang Larang Akibat apabila melanggarnya
1 Anak gadis tidak baik duduk di depan pintu menyebabkan balang tunangan.
2 Tidak boleh memotong kuku pada waktu malam Itu bermakna mendo`akan kematian orang tuanya.
3 Anak kecil tidak boleh makan kerak nasi menyebabkan anak itu akan tumbuh jadi orang yang bodoh/tidak cerdas.
4 Tidak boleh mengasah pisau waktu malam Sebab akan mengundang kedatangan hantu

5 Tidak boleh bersiul dalam rumah/diwaktu malam Sebab itu mengundang kehadiran hantu

6 Tidak boleh tidur memakai baju terbalik Sebab akan membuat tidur bermimpi buruk
7 Tidak boleh memanjat pokok pisang Sebab bisa menyebabkan kemaluannya membesar
8 Tidak boleh menatap pelangi dan mengacungkan telunjuk Sebab bisa membuat tangan buntung
9 Tidak boleh makan sambil berjalan Bisa menyebabkan sulit dapat rezeki
10 Tidak boleh melangkah al-qur`an Sebab dapat menyebabkan kembang perut pelakunya
11 Tidak boleh melewati di depan orang yang lagi shalat Sebab itu sama dengan melintasi api neraka
12 Tidak boleh kencing di sungai yang airnya tak mengalir Takut dimarah hantu
13 Tidak boleh kencing di batang pokok Sebab batang pokok itu tempat hantu berdiam
14 Tidak boleh meletakkan batu asah di atas tanah Bisa menyebabkan pekerjaan tak kunjung selesai
15 Tidak boleh memandang seseorang yang sedang buang air Nanti matanya tumbir (mengembang)
16 Tidak boleh mencampurkan telur ayam dengan ikan dalam satu masakan Bisa menimbulkan gatal-gatal pada orang yang memakannya
17 Tidak boleh menancap parang di atas tunggul (kayu) Bisa menyebabkan anak gagap bicara (kokah)
18 Tak boleh makan berbaring Mendo`akan orang tua meninggal
19 Tak boleh makan berjalan Takut isteri diambil orang
20 Tak boleh pergi pada saat orang lain sedang makan Sebab itu sama dengan menolak rezeki
21 Tak boleh baring telentang di tanah lapang Itu artinya mendo`akan diri cepat meninggal
22 Tak boleh baring/duduk di kelilingi orang-orang Mendo`akan diri cepat meninggal
23 Tak boleh menyapu/menyuci malam jum`at Membuat sukar dapat rezeki

24 Tak boleh memakaikan baju pada binatang Takut disambar petir
25 Tak boleh tertawa dengan binatang Takut kena sambar petir
26 Perempuan hamil dilarang mencela kekurangan orang lain Bisa berakibat jelek dengan bayinya (kenawa`)
27 Perempuan hamil tidak boleh memancing ikan Takut anaknya lahir sumbing (kenawa`)
28 Tidak boleh melangkah makam Bisa menyebabkan kembang perut

Sumber: Diskusi bersama anak-anak Ulu di Malay Corner, 18-03-2009.


Pesan Komunikasi dalam Pantang Larang
Secara umum, pesan yang ingin disampaikan dalam pantang larang masyarakat Melayu Kapuas Hulu bukanlah sebagaimana yang disebutkan langsung dalam pantang larang tersebut. Akibat yang disebutkan dalam pantang larang itu hanyalah untuk menimbulkan rasa takut untuk melanggar pantangan itu. Sebab umumnya masyarakat akan berusaha menghindarkan diri dari bala dan bencana yang mengancam. Substansi pesan yang sesungguhnya diinginkan dari komunikasi pantang larang itu adalah, apa yang ada dibalik pantangan tersebut. Atau sesuatu yang tidak disebutkan secara jelas dalam pantang larang itu.
Apa sebenarnya pesan komunikasi dalam pantang larang masyarakat, berikut ini uraian singkat berdasarkan senarai pantang larang yang berhasil dikumpulkan dalam tulisan ini.
Pantangan duduk di depan pintu pada anak gadis sebenarnya tidak ada kaitannya dengan balang tunang, melainkan perbuatan duduk di depan pintu itu sendiri memang tidak baik, kurang sopan, dan pastinya akan mengganggu bagi sesiapa saja yang mau keluar masuk rumah. Karena itu, untuk melarang anak gadis duduk di depan pintu maka diancamlah mereka dengan balang tunang.
Tidak boleh memotong kuku pada waktu malam juga tidak ada hubungannya dengan kematian orang tuanya. Larangan memotong kuku di waktu malam karena dikhawatirkan akan membahayakan diri sendiri. Suasana malam yang gelap di kampung, dikhawatirkan akan terluka dan sebagainya. Makanya lebih baik motong kuku pada waktu siang saja yang terang dan sebagainya. Itulah inti pesan dari larangan ini.
Anak-anak tidak boleh makan kerak nasi juga tidak ada hubungan langsung dengan kebodohan dan kecerdasannya. Meskipun secara tidak langsung mungkin saja paktor makanan yang baik dan bergizi akan berpengaruh terhadap perkembangan jasmani seorang anak, dan larangan tersebut sebagiannya ada kaitan dengan pantangan ini. Akan tetapi yang pasti, kerak nasi itu sangat enak rasanya, karena itu kebanyakan orang-orang yang lebih tua senang memakannya. Supaya tidak direbut oleh anak-anak, maka pantang larang seperti ini diingatkan terus kepada mereka (anak-anak).
Pantangan mengasah pisau waktu malam sebenarnya mengandung pesan bahwa mengasah pisau diwaktu malam dapat membuat si pengasah itu terluka, maklum malam itu gelap dan waktunya orang istirahat. Karena itu mengasah pisau diwaktu malam itu dilarang dengan ditakut-takuti akan ancaman kedatangan hantu. Begitupun bersiul dalam rumah/di malam hari memang tidak baik dan mengganggu orang-orang yang sedang beristirahat. Pesan dari pantang larang tersebut lebih bersifat etika dan akhlak terhadap orang lain yang mau bersitirahat. Hampir sama dengan pantangan itu adalah larangan tidur memakai baju terbalik. Pantang larang ini lebih merupakan sarana komunikasi yang membawa pesan etika dan kepatutan seseorang dalam berpakaian.
Kemudian pantang larang memanjat pokok pisang yang dapat menyebabkan kemaluannya membesar sebenarnya tidak ada kaitannya secara langsung. Pantangan ini hanya untuk menakut-nakuti saja untuk memanjat pokok pisang. Pisang itu merupakan pokok yang lemah batangnya dan mudah tumbang/patah. Karena itu memanjat pokok pisang sangat berbahaya, karena ia tidak kuat dipanjat. Untuk itulah ancamannya adalah kembangnya kemaluan, yang semua orang pasti tidak mau terjadinya kondisi ini.
Tidak boleh menatap pelangi dan mengacungkan telunjuk, sebab bisa membuat tangan buntung. Pantang larang ini lebih banyak membawa pesan kesehatan. Dimana menatap sinar terang secara langsung yang dikuatkan dengan simbul menunjuk dapat membahayakan kesehatan mata dan sebagainya.
Tidak boleh makan sambil berjalan, bisa menyebabkan sulit dapat rezeki juga lebih bermakna supaya kita bisa menghargai rezeki yang telah diberikan oleh Allah Swt. Jadi pantang larang ini mengandung pesan etika dan akhlak makan yang baik, yang seharusnya duduk, diam dan dinikmati secara seksama.
Tidak boleh melangkah al-qur`an, sebab dapat menyebabkan kembang perut pelakunya. Larangan ini pada pokoknya mengandung pesan untuk menghormati al-qur`an sebagai kitab suci umat Islam. Karena itu al-qur`an tidak sepatutnya dilangkah, untuk itulah akibat yang berat diancam kepada orang yang tidak menghargai al-qur`an dengan baik. Pantangan ini hampir sama dengan larangan melewati di depan orang yang lagi shalat, sebab itu sama dengan melintasi api neraka. Larangan ini lebih banyak membawa pesan etika dan penghormatan kepada orang yang sedang beribadah menghadap Allah melalui shalatnya. Karena itu harus dihormati.
Sementara itu larangan kencing di sungai yang airnya tak mengalir dan di batang pokok lebih bermakna perhormatan dan etika terhadap alam. Sebab mungkin saja di dalam air yang tidak mengalir atau di batang pokok ada makhluk lain yang hidup yang akan terganggu dengan air kencing itu. Apalagi jika air tergenang yang sudah dikencingi lalu diminum oleh binatang atau bahkan manusia lain, akan menjadi penyakit dan tentu saja tidak sehat. Penghormatan terhadap alam juga dapat dipahami dalam pantang larang meletakkan batu asah di atas tanah sebab dapat menyebabkan pekerjaan tak kunjung selesai. Batu yang diletakkan langsung di atas tanah sebenarnya dapat menghambat pertumbuhan dan kesuburan tanaman. Karena itu perilaku ini dilarang. Dan untuk keefektipan larangan ini, diingatkanlah ancaman seperti itu. Itulah beberapa makna pesan yang sebenarnya terkandung dalam pantang larang masyarakat Melayu.
Untuk lebih jelasnya melihat pesan komunikasi yang terkandung dalam semua pantang larang yang ada dalam masyarakat Melayu di Kapuas Hulu, berikut akan ditampilkan dalam bentuk senarai tabel.

No Pantang Larang Kandungan Pesan
1 Anak gadis pantang duduk di depan pintu
sebab bisa menyebabkan balang tunang Etika dan akhlak dalam rumah tangga
2 Tidak boleh memotong kuku pada waktu malam
Sebab itu mendo`akan orang tua mati Khawatir bahaya dan terluka
3 Anak kecil tidak boleh makan kerak nasi
Takut anak akan tumbuh jadi orang bodoh Kesehatan dan strategy komunikasi
4 Tidak boleh mengasah pisau waktu malam
Sebab akan mengundang kedatangan hantu Khawatir bahaya dan terluka
5 Tidak boleh bersiul dalam rumah/diwaktu malam
Sebab akan mengundang kedatangan hantu Etika dan penghormatan kepada sesame
6 Tidak boleh tidur memakai baju terbalik
Sebab akan membuat tidur bermimpi buruk Etika dan kepatutan
7 Tidak boleh memanjat pokok pisang
Dapat menyebabkan kemaluan kembang Khawatir bahaya
8 Tidak boleh menatap pelangi dan mengacungkan telunjuk, bisa membuat tangan buntung Kesehatan mata untuk tidak menatap cahaya terang
9 Tidak boleh makan sambil berjalan, bisa menyebabkan sulit dapat rezeki Akhlak dalam rumah tangga
10 Tidak boleh melangkah al-qur`an
sebab bisa menyebabkan kembang perut Penghargaan terhadap kitab suci
11 Tidak boleh melewati di depan orang yang lagi shalat, sama dengan melangkah api neraka Menghormati orang yang sedang beribadah
12 Tidak boleh kencing di sungai yang airnya tak mengalir, sebab hantu akan marah Etika dan penghormatan terhadap alam
13 Tidak boleh kencing di batang pokok, sebab pokok batang itu tempat hantu berdiam Etika dan penghormatan terhadap alam
14 Tidak boleh meletakkan batu asah di atas tanah, bisa menyebabkan pekerjaan tak kunjung selesai Etika dan penghormatan terhadap alam
15 Tidak boleh memandang seseorang yang sedang buang air, nanti matanya tumbir (mengembang) Untuk kesopanan dan memelihara pandangan
16 Tidak boleh mencampurkan telur ayam dengan ikan dalam satu masakan, bisa menimbulkan gatal-gatal Untuk kesehatan makanan
17 Tidak boleh menancap parang di atas tunggul
Bisa menyebabkan anak gagap bicara (kokah) Menghindari kemungkinan bahaya/terluka
18 Tak boleh makan berbaring
Mendo`akan orang tua meninggal Etika atau akhlak makan
19 Tak boleh makan berjalan
Takut isteri diambil orang Etika atau akhlak makan
21 Tak boleh pergi pada saat orang lain sedang makan
Sebab itu sama dengan menolak rezeki Etika penghormatan dan penghargaan sesame
22 Tak boleh baring terlentang di tanah lapang
Mendo`akan diri cepat meninggal Kesehatan dan etika hidup
23 Tak boleh baring/duduk di kelilingi orang-orang
Mendo`akan diri cepat meninggal Etika sosial dalam kehidupan
24 Tak boleh menyapu/menyuci malam jum`at
Membuat sukar rezeki Penghargaan terhadap malam sayyidul ayyam
25 Tak boleh memakaikan baju pada binatang
Takut disambar petir Etika dan kepatutan
26 Tak boleh tertawa dengan binatang
Takut kena sambar petir Etika dan kepatutan
27 Perempuan hamil dilarang mencela kekurangan orang lain, bisa berakibat jelek dengan bayinya Empati dan perhargaan sesame
28 Perempuan hamil tidak boleh memancing ikan
Takut anaknya lahir sumbing Menjaga diri dan kandungan dengan baik
29 Tidak boleh melangkah makam
Bisa menyebabkan kembang perut Penghormatan kepada ahli kubur (sesame muslim)

Sumber: Diskusi anak-anak Ulu di Malay Corner, 18-03-2009.

Kearifan Komunikasi yang dibangun
Istilah kearifan komunikasi (wisdom of communication) sejujurnya tidak ditemukan dalam kajian komunikasi umum. Dalam komunikasi umum hanya dikenal istilah keefektifan komunikasi atau efectively of communication (Dedy Mulyana, 2003) atau komunikasi yang saling dipahami atau understood of communicate (Devito, 1997). Istilah kearifan komunikasi digunakan untuk menunjukkan bahwa sebuah komunikasi yang baik tidak hanya diukur dari keberhasilan menyampaikan pesan dengan baik hingga menimbulkan pemahaman yang sama diantara partisipan, melainkan juga mesti melihat proses yang dijalankan. Kearifan komunikasi coba menampilkan hasil dan proses secara bersamaan. Bahkan dalam konteks komunikasi pantang larang, proses telah menjadi kekuatan untuk mengantarkan pada keberhasilan penyampaian pesan komunikasi itu sendiri.
Pantang larang dalam masyarakat Melayu, sebagaimana digambarkan di atas jelas menunjukkan bahwa bukan apa yang dipantang dan apa yang dilarang itu sebagai pokok pesan yang diinginkan, melainkan ada pesan lainnya yang lebih penting dan mendalam yang diharapkan dengan pantang larang tersebut. Disinilah komunikasi yang dibangun oleh orang-orang tua begitu arif terhadap anak-anaknya. Mereka dapat melakukan sesuatu dengan cara menakutinya dengan sesuatu yang lain.
Menakutkan dengan ancaman bencana dan petaka apabila melakukan sesuatu yang dipantang dan dilarang sebenarnya hanya untuk sarana dan strategy komunikasi saja. Sebab umumnya manusia lebih mudah dilarang melakukan sesuatu dengan cara ditakuti terlebih dahulu. Sebagai contoh pantang larang yang tidak membolehkan anak gadis duduk di depan pintu, takut balang tunang. Dalam pantang larang tersebut, sebenarnya dapat kita pahami bahwa tidak ada kaitan antara duduk di depan pintu dengan balang tunang. Duduk di depan pintu adalah satu hal, dan balang tunang merupakan hal lain lagi dan berbeda. Penakutan itu ditradisikan sebab umumnya manusia tidak mau balang tunang. Semua orang berharap tunangannya akan berlangsung ke pernikahan dan tidak berhenti di tengah jalan (balang). Karena itu diharapkan setiap orang takut untuk duduk-duduk di depan pintu.
Apa makna sebenarnya yang ingin disampaikan dalam pantang larang yang demikian. Duduk di depan pintu adalah sesuatu yang mengganggu. Ia bisa menghambat dan menggangu sesiapa yang mau keluar masuk rumah. Karena itu duduk di depan pintu itu tidak dibenarkan untuk dilakukan. Melarang dengan cara langsung kepada anak-anak untuk tidak duduk di depan pintu dikhawatirkan tidak didengarkan dan dipatuhi, makanya disampaikan ancaman dan penakutan tersebut, supaya anak-anak tidak lagi duduk di depan pintu. Disinilah tampak betapa arif dan bijaksananya para orang-orang tua dalam memberikan pelajaran, bimbingan dan etika kepada anak-anaknya melalui pantang larang yang mereka buat sendiri, dan akhirnya mentradisi dalam masyarakat Melayu di Nanga Jajang.
Begitulah seterusnya dalam setiap pantang larang yang ada dalam masyarakat Melayu di Nanga Jajang, pasti memiliki pesan terdalam yang lebih penting dari sekedar apa yang disebutkan dalam pantang larang itu. Kemampuan menyampaikan pesan bimbingan dan pendidikan inilah yang merupakan satu kearifan komunikasi yang telah dibangun oleh masyarakat Melayu di Nanga Jajang hingga hari ini.

Penutup
Akhirnya, kemampuan menciptakan strategy dan melakukan inovasi dalam menyampaikan pesan komunikasi akan menjadi penentu bagi keberhasilan dari seluruh proses komunikasi yang dilangsungkan. Pantang Larang yang hidup dalam masyarakat Melayu di Nanga Jajang merupakan satu bentuk strategy dan inovasi untuk mencapai keberhasilan terhadap pesan apa yang diinginkan dari komunikasi yang dilakukan. Sebab dengan pantang larang ini secara sadar ataupun tidak, telah turut mempengaruhi perilaku seseorang untuk mengikuti apa yang diinginkan dari proses komunikai itu sendiri. Disinilah terlihat bahwa adanya kearifan masyarakat Melayu dalam membangun komunikasi guna memelihara, melestarikan dan menjaga kesimbangan hubungan social dan alam kehidupan mereka. Kearifan komunikasi seperti itu menjadi semakin penting dilakukan dalam membangun hubungan sosial dan komunikasi generasi bangsa yang lebih cendrung kepada trend globalisasi dan liberalisasi saat ini. Wallahu a`lam.












Bibliography

Dedy Mulyana. 2003. Komunikasi Efektif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Devito, Yoseph.D. 1997. Komunikasi Antarmanusia. (terjemahan), Jakarta: Professional Books.

Enthoven, J.J.K. 1903. Borneo Wester-Afdeeling, Leiden, Boekhandel En Drukkerij voorheen E.J.Brill, Deel I.

Ibrahim MS. 2005. Problematika Komunikasi Antarbudaya. Pontianak: STAIN Press.

Ibrahim MS. 2008. Kearifan dalam Tradisi Buma. Makalah Seminar Kearifan Lokal dalam Pemelihara Alam yang disponsori Fleghty dan PSBMB Kalimantan Barat. Lihat dalam Blog: baimstain.blogspot.com.

King, Victor.T. 1993. The Peoples of Borneo. United Kingdom: Blakwell Published.

Marisa. 2008. Pantang Larang dalam Budaya Sambas. Makalah Seminar Kearifan Lokal dalam Pemelihara Alam yang disponsori Fleghty dan PSBMB Kalimantan Barat.

Nieuwenhuis. 1894. Di Pedalaman Borneo. Edisi Terjemahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Borneo Research Council Indonesia.

Stienfatt dan Rogers. 1989. Intercultural Communication. Waveland Press: USA

Senin, 09 Maret 2009

SEMINAR PEMERKASAAN ISLAM

sebuah catatan perjalanan mengikuti Seminar Serantau Perkembangan Islam di Borneo.

Tanggal 4 s/d 5 maret yang lalu saya berkesempatan mengikuti Seminar Serantau Perkembangan Islam (SSPI) di Borneo yang dilaksanakan oleh Universiti Teknologi Mara (UiTM) Malaysia Sabah, berkerjasama dengan UiTM Malaysia Sarawak dan CITU Sarawak.
Pada seminar tersebut, saya bersama Ismail Ruslan dari STAIN Pontianak berkesempatan untuk untuk membentangkan makalah tentang Islam di Kalimantan Barat. kami berdua mendapat jadwal pembentangan pertama kali pada hari pertama. singkat kata saya dan Ismail menjadi pembicara pembuka pada seminra tersebut.
Layaknya sistem yang dikembangkan di Malaysia, seminar kami dibagikan dalam empat ruangan yang berbeda sesuai dengan tema kajian/makalah yang akan dibentangkan. saya mengkaji tentang Peranan Masjid dalam pembinaan Jama`ah berada pada ruangan yang berbeda dengan Ismail yang menulis tentang Ekonomi orang Melayu (kajian ekonomi Islam).
Sungguh terkejut ketika saya mendapati jadwal pembentangan yang pertama kali pagi itu. saya melihat ruangan sudah dipenuhi oleh peserta seminar. saya pun melaksanakan tugas untuk membentang makalah pagi itu. seperti biasa, selesai presentasi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. begitulah seterusnya kegiatan seminar kami berlangsung.
Pada malam harinya, sekali lagi saya bersama Islamil mendapatkan kehormatan untuk menghadiri undangan makan malam bersama Ketua Menteri Sabah (Gubernurnya di Indonesia). kami berdua diundang sebagai wakil dari Indonesia dalam seminar tersebut. bahkan sebagai wakil Indonesia, kami diminta memberikan kata sambutan bersamaan dengan wakil Brunei Darussalam (Pehin) dan Ketua Menteri (Tun) itu sendiri.
Momen Seminar kali ini betul-betul membuat saya merasa tersanjung. begitu besar penghargaan yang diberikan atas nama kajian Islam. bahkan karena kajian Islam ini kehadiran kami semua terasa sangat berarti dimata semuanya. ini dapat dipahami dengan besarnya perhatian saudara-saudara kita yang ada di Malaysia dan Brunei dengan Keislaman.
Seminar serantau (SSPI) ini sesungguhnya sudah dilaksanakan selama dua kali (sejak tahun 2008 di UiTM Malaysia Sarawak). untuk itu ada harapan besar dari inisiator program di Malaysia untuk menjadikan STAIN Pontianak (Indonesia) sebagai tuan rumah penyelenggaraan Seminar ini.
Kesempatan saya mengikuti dan membentang makalah pada seminar tersebut merupakan pengalaman paling berharga saya dalam melihat perkembangan Islam di Borneo, suatu kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi informasi mengenai Islam bersama pengkaji, pemerhati, akademisi dan praktisi Islam di seluruh Borneo (yang terdiri dari Malaysia mayoritasnya, Indonesia dan Brunei Darussalam). hasil kajian dari seminar ini selanjutnya akan diterbitkan dalam bentuk buku kumpulan kajian yang diberi judul ISLAM DI BORNEO. semoga persuadaraan umat Islam semakin kuat dengan momentum seperti ini, dan kejayaan Islam terus dapat diraih dan wudujkan dalam kehidupan nyata ummatnya dimanapun berada, khususnya di Borneo (Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam). wallahu a`lam.