Sabtu, 12 Februari 2011

MELAYU: BICARA TENTANG KITA

Ibrahim MS (Direktur Malay Corner STAIN Pontianak)
Pengantar editor untuk buku KEARIFAN KOMUNIKASI DALAM PANTANG LARANG MELAYU DI NANGA JAJANG. Diterbitkan STAIN Press, Mei 2010

Dalam banyak kesempatan, seringkali kita masih mendengarkan pertanyaan mengenai `siapa sebenarnya Melayu`. Sekilas pertanyaan demikian tentu membuat kita tersentak kaget, sebab yang ditanyakan itu adalah diri kita, atau komunitas yang kita akui sebagai identitas sosial etnik kita. Bahkan yang bertanya pun juga bagian dari komunitas itu sendiri.
Dalam pikiran sederhana, semestinya dengan mudah kita dapat menjelaskan mengenai siapa diri kita dan atau komunitas kita. Tapi kenyataannya tidak demikian untuk pertanyaan yang satu ini, `siapa Melayu`. Pertanyaan ini sesungguhnya tidak pernah dapat diberikan jawaban yang tunggal sepanjang sejarah social mengenai `apa dan siapa yang kita sebut sebagai Melayu hingga hari ini. Beragam defenisi yang telah diberikan oleh para pengkaji Melayu sesuai dengan perspektif mana yang digunakan. Dari sisi budaya dan bahasa, oleh para pengkaji Melayu didefenisikan sebagai orang yang berbudaya dan berbahasa Melayu, walaupun kenyataannya beragam pula budaya dan bahasa Melayu itu. Dari sisi agama, Melayu didefenisikan sebagai komunitas yang beragama Islam, tapi kenyataannya beragam pula komunitas yang memeluk Islam di wilayah nusantara ini, dan bahkan ada sebagian keturunan (yang diidentifikasi sebagai) Melayu yang tidak beragama Islam.
Sulitnya memberikan defenisi yang pasti dan tunggal tentang Melayu, agaknya disebabkan oleh beberapa paktor; pertama, panjang dan kompleknya sejarah sosial yang terjadi di nusantara ini, terutama menyangkut komunitas yang hendak didefenisikan sebagai Melayu; kedua, beragamnya perspektif keilmuan para ahli dalam mengkaji tentang Melayu, sehingga menimbulkan keragaman yang luar biasa dalam mendefenisikan tentang siapa Melayu, termasuk dari para ilmuan `Melayu` itu sendiri; ketiga, merupakan bukti bahwa sesungguhnya Melayu itu besar, wujud di tengah kompleksitas sosial, budaya, politik, ekonomi dan agama di seluruh wilayah nusantara ini. Karena itulah, kajian mengenai Melayu tidak akan pernah habis-habisnya (selesai). Dengan itu pula, pertanyaan mengenai `siapa sebenarnya Melayu` juga tidak akan pernah dapat dijawab secara tunggal dan pasti, karena siapapun, kapanpun, dimanapun dan dengan perspektif apapun akan selalu dapat memberikan jawabannya. Jika pun kita harus sepakat dengan salah satu defenisi dan menggunakannya dalam konteks mengkaji tentang Melayu, maka defenisi tersebut tetap terbatas, sesuai dengan perspektif tertentu yang digunakan untuk melihat siapa sebenarnya Melayu.
Pernyataan di atas dapat dibuktikan dengan beragamnya defenisi yang diberikan oleh para pengkaji mengenai `siapa sebenarnya Melayu`, baik dari para ilmuan kolonial seperti Enthoven (1903), Bouman (1924), Bos (1917), Van der Puten (1917), dan sebagainya, maupun setelah kemerdekaan seperti Gerlach (1981), King (1993) dan banyak lagi para ilmuan kontemporer abad ini. Hal ini, sekali lagi disebabkan mengkaji tentang Melayu memang menarik, karena Melayu sangat kompleksitas sebagaimana kompleksitasnya sejarah sosial yang berlangsung di seluruh wilayah nusantara ini. Kesadaran itulah setidaknya yang menjadi semangat mengkaji tentang Melayu terus muncul dalam sejarah, termasuk apa yang dilakukan oleh teman-teman peneliti dan akademisi melalui tulisan yang ada dalam buku ini.
Buku ini, sesungguhnya merupakan kumpulan tulisan dari para peneliti dan akademisi yang telah berpartisipasi sebagai pemakalah dalam Seminar Melayu Nusantara 2 yang diselenggarakan oleh Malay Corner STAIN Pontianak akhir tahun 2009. Sebagaimana lazimnya sebuah buku yang baik, kami berupaya untuk menyusun seluruh tulisan ini menjadi lebih sistematis, punya alur berpikir yang baik dan kerkesinambungan. Karena itu, tulisan ini disusun secara tematik, berdasarkan kelompok tema dan perspektif kajian masing-masing dari tulisan yang ada. Meskipun ada beberapa tulisan yang agaknya dipaksakan untuk masuk pada salah satu tema dalam buku ini. Hal ini mesti dimaklumi sebagai satu bentuk keterbukaan terhadap kompleksitas kajian tentang Melayu.
Meskipun agak dipaksakan, secara keseluruhan ada tiga bagian tulisan dalam buku ini. Bagian pertama berisi tulisan mengenai Perspektif tentang Orang Melayu. Bagian ini terdiri dari tulisan Patmawati mengenai `Melayu dalam Perspektif Sejarah`; Juniawati yang menulis mengenai `Identitas Melayu dalam Perspektif Media`; dan Kristianus Atok yang menulis mengenai `Identitas Melayu dari Perspektif Sosial`.
Bagian kedua pada buku ini berisi tulisan mengenai Bahasa dan Identitas orang Melayu. Bagian ini terdiri dari tulisan Dedy Ary Aspar dan Prima Dwantika yang mengkaji tentang `Bahasa dan Identitas Melayu Pontianak`; Irmayani yang menulis tentang `Proses Morpologi dalam Bahasa Melayu Pontianak`; Martina menulis tentang `Bahasa Melayu di Media Kalimantan Barat`; dan Dewi Juliastuti yang menulis mengenai `Identitas Melayu dalam Seni Lagu Daerah`.
Bagian ketiga berisi tulisan mengenai Tradisi dan Komunikasi Orang Melayu di Kalimantan Barat. Bagian ini terdiri dari tulisan Erwin dan Andi Gidang mengenai `Nilai-nilai Pendidikan dalam Tradisi Tepung Tawar di Sambas`; Ibrahim MS yang menulis mengenai `Tradisi dan Komunikasi dalam Tepung Tawar pada Masyarakat Melayu Nanga Jajang`; dan Didi Darmadi yang menulis mengenai `Tradisi Peladangan orang Melayu Buyan dan beberapa peralatannya`.
Dari ketiga bagian tulisan dalam buku ini, tampak bahwa jika dikerucutkan kajiannya, hanya ada 2 katagori yang dibincangkan mengenai orang Melayu di Kalimantan Barat. Katagori pertama adalah tradisi yang diwujudkan dalam seni lagu daerah, tepung tawar dan peladangan. Katagori kedua adalah komunikasi yang berwujud upaya-upaya mengenal orang Melayu (perspektif tentang Melayu) dan bahasa (alat komunikasinya), termasuk komunikasi dalam tradisi sosialnya. Karena itu, buku ini diberi judul “Tradisi dan Komunikasi Orang Melayu”.
Buku ini, dan semua tulisan yang ada memiliki kekuatan masing-masing, sesuai dengan perspektif yang digunakan. Karena itu sangat baik dibaca dan dijadikan salah satu referensi penting tentang Melayu, khususnya kajian Melayu di Kalimantan Barat.
Sebagai editor, yang telah berusaha untuk menghimpun semua tulisan ini, membaca dan melakukan editing, menyusunnya hingga siap diterbitkan menjadi sebuah buku ini, tentu merasa bangga dan bahagia. Meskipun dengan senantiasa menyadari kemungkinan terdapat beberapa kekurangan dari buku ini, terutama menyangkut kapasitas kerja dan tanggung jawab editor.
Apapun hasilnya, puji syukur kehadirat Allah Swt buku ini telah diterbitkan dan dipublikasi ke masyarakat. Karena itu hanya satu harapan dari kami, buku yang sederhana ini bermanfaat buat para pembaca sekalian, semoga.
Selamat Membaca!



Pontianak-Damai, 15 Maret 2010



Editor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar