Sabtu, 12 Februari 2011

Dakwah Dari Masjid

Pengantar Editor untuk buku PETA DAKWAH DI KALIMANTAN BARAT, yang diterbitkan oleh STAIN Press dan Jurusan Dakwah STAIN Pontianak, Februari 2011

Oleh: Ibrahim MS
Dosen Komunikasi Penyiaran Islam, Jurusan Dakwah STAIN Pontianak


Sejarah kelahiran Islam menjadi bukti betapa masjid telah memainkan peran penting sebagai tempat pelaksanaan ibadah dan pembinaan ummat, sebagaimana yang dilakukan Nabi Saw di Madinah. Bahkan pada sebagian masyarakat muslim, keberadaan masjid telah melebihi peran lembaga pendidikan agama itu sendiri. Lihat misalnya kajian Azyumardi Azra (2003) tentang peran masjid dan surau pada masyarakat Minangkabau.
Menurut Azyumardi Azra (2003), masjid dan surau telah memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat muslim Minangkabau. Masjid/surau bagi masyarakat muslim Minangkabau tidak saja sebagai tempat melakukan aktivitas ibadah kaum muslimin, melainkan sudah menjadi lembaga pendidikan secara umum. Melalui masjid dan suraulah pendidikan dan pembinaan ummat dilakukan secara intensif. Bahkan dalam konteks otonomisasi, orang Minang percaya bahwa surau/masjid dapat membangkitkan "batang tarandam", yakni melahirkan ulama-ulama besar sebagaimana masjid/surau di masa silam.
Peran besar masjid sebagai pusat pembinaan keagamaan mesti mampu membangun kesadaran dan kecerdasan kepada para jama`ahnya, bahwa agama tidaklah lahir dengan sendirinya tanpa maksud tertentu untuk kehidupan manusia. Agama lahir adalah sebagai satu bentuk arahan dan tuntunan yang diharapkan dapat membantu manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia juga di akhirat. Menyadari arti penting sebuah agama bagi manusia, mengharuskan setiap pemeluk agama untuk senantiasa berpikir dan menilai seberapa besarkah peran agama sebagai penuntun hidup, telah mampu dirasakan oleh setiap ummat.
Melalui peran Masjid juga mesti ditanamkan satu kesadaran agama bahwa Islam yang kita percayai sebagai agama yang turunkan dari Allah SWT (samawi) telah hadir dengan segenap tuntunan dan aturan yang qath`i, mesti berhadapan dengan realitas hidup dan perkembangan sosial kemanusiaan yang dinamis (zhanni). Dengan kata lain, Islam mesti harus selalu mampu memberikan arah dan tuntunan kepada jalan hidup manusia, termasuk dalam menghadapi problem sosial yang dinamis itu. Dengan iman, kita sadar bahwa tuntunan dasar Islam (al-qur`an & hadits) memang tidak pernah berubah & tidak mungkin dirubah. Akan tetapi penggalian terhadap tuntunan nilai-nilai Islam mutlak perlu dilakukan secara terus-menerus untuk mampu menjawab problem kekinian. Disinilah wilayah penafsiran teks-teks keagamaan (al-qur`an & hadits) penting dilakukan terhadap konteks yang berlaku. Dan masjid atau surau mempunyai peran dalam konteks ini.
Sadar akan pentingnya peran masjid yang bukan saja sebagai tempat kaum muslimin melaksanakan Ibadah (fungsi ubudiyah) melainkan juga fungsi ekonomi, sosial dan pendidikan jama`ah, mengharuskan kita kaum muslimin untuk senantiasa mampu membuka diri, melakukan introspeksi hingga merekonstruksi pemahaman tentang fungsi dan peran Masjid. Karena itu banyak penelitian dan kajian yang telah dilakukan berkaitan dengan fungsi dan peran masjid dalam keberagamaan masyarakat muslim hingga saat ini.
Diantara kajian tersebut adalah Anita (2008) yang mengkaji mengenai salah satu gerakan keagamaan dan dakwah yang dikembangkan oleh Masjid Mujahidin berupa program Penyiaran Dakwah melalui Radio Mujahidin Pontianak; Bayu (2008), Mahasiswa STAIN Pontianak, Jurusan Dakwah yang menulis Skripsinya dalam kajian tentang Optimalisasi Fungsi Masjid Mujahidin dalam upaya rekruitmen Jama`ahnya.
Kajian Ibrahim MS (2008) tentang Aktivitas Keagamaan Masyarakat Muslim di Komplek Perumahan Purnama Agung VII juga menjadikan Masjid Jami`atus Shalihin sebagai titik berangkat dan pusat pembinaan keagamaan para jamaah muslim di komplek tersebut. Melalui proyek penelitian yang dibiayai oleh DIPA STAIN Pontianak tahun 2008, Ibrahim MS melaporkan betapa Masjid Jami`atus Shalihin telah memainkan peran yang optimal dalam pembinaan kualitas keagamaan para jamaahnya yang berada di sekitaran komplek Purnama Agung VII, Pontianak.
Singkat perkataan, masih banyak lagi kajian yang memberikan pemahaman kepada kita bahwa masjid telah memainkan peran yang besar dalam kehidupan sosial dan keagamaan ummat. Melalui masjid umat dapat pembinaan keagamaan, pembinaan ekonomi, pembinaan pendidikan dan sebagainya. Kondisi ini tampak sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan masjid yang semakin meningkat dari sisi kuantitasnya. Dari sisi fisik bangunannya juga tampak kemegahannya. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah perkembangan sedemikian juga dibarengi dengan peningkatan kualitas layanan dan peran yang dibawa melalui masjid yang ada? Adakah melalui masjid kita dapat berharap banyak untuk membentengi umat dari segala persoalan kemanusiaan, keummatan dan berbagai persoalan global yang semakin menerpa dalam kehidupan manusia saat ini? Apapun jawabanya, jelas bahwa melalui masjid aktivitas dakwah dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Melalui masjid peta dakwah dapat disusun sedemikian rupa, hingga menghasilkan gerakan dakwah yang efektif dan berhasil kedepan.
Sementara itu, untuk konteks Kalimantan Barat umumnya, dan Kota Pontianak khususnya, tampak adanya kendala dalam merencanakan formulasi gerakan dakwah yang lebih efektif dan berhasil. Hal ini disebabkan antara lain, kurangnya referensi mengenai simpul-simpul umat, termasuk keberadaan masjid dengan gambaran jamaahnya yang lebih utuh dan komprehenshif. Gerakan dakwah yang dijalankan selama ini terkesan berjalan sendiri-sendiri, dengan perspektif yang juga masing-masing tak berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Oleh itu dipandang perlu adanya peta dakwah yang baik bagi mewujudkan gerakan dakwah yang berhasil kedepan. Karena itu profil masjid sebagaimana disajikan dalam buku ini menjadi salah satu modal awal untuk membangun peta dakwah di Kalimantan Barat.
Sebagai suatu kumpulan tulisan dari hasil kajian singkat dan masih sangat sederhana, kami berupaya menyajikan keseluruhan tulisan profil Masjid se-Kota Pontianak berdasarkan perwakilan kawasan, yakni profil masjid di wilayah Pontianak Selatan, Pontianak Timur, Pontianak Barat, Pontianak Tenggara dan Pontianak Utara. Adapun masjid di wilayah Pontianak Kota tidak menjadi bagian dari kajian profil ini disebabkan kawasan sudah pernah dikaji oleh aktivis dakwah lain yang lain.
Untuk masjid di wilayah Pontianak Selatan, kami memilih Masjid Raya Mujahidin, Masjid Al-Jihad, Masjid Baiturrahman, Masjid Nurul Hasanah dan Masjid Miftahudin. Sedangkan untuk masjid di wilayah Pontianak Timur kami memilih Masjid Jami` Arrahman Keraton, Masjid Jami` Harunia, Masjid Al-Karim, dan Masjid Ar-Rafiul A`la. Untuk masjid di wilayah Pontianak Barat kami mengambil profil Masjid Agung Al-Falah, Masjid Sirajudin, Masjid Sirajul Munir, Masjid As-salam dan Masjid Ar-Risalah. Sedangkan untuk masjid di wilayah Pontianak Tenggara diambil profil Masjid Baitul Makmur, Masjid Islamiyah, Masjid Ikhwanul Mukminin, dan Masjid Quba. Terakhir untuk masjid di wilayah Pontianak Utara diambil profil masjid Baburrahman, Jalan Selat Panjang.
Pilihan masjid-masjid tersebut dalam kajian profil ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, baik menyangkut teknik kajian mahupun refresentasi kawasan pemetaan dakwah di wilayah Kota Pontianak. Dari sisi teknik, pemilihan masjid tersebut merupakan satu bentuk keterbatasan dari kemampuan para pengkaji, dimana kami tidak mungkin melakukan kajian dan menulis profil semua masjid yang ada di Kota Pontianak, karena itu kami memilih beberapa masjid saja. Dari sisi refresentasi, masjid yang dipilih dalam profil ini adalah masjid yang memiliki karakteristik yang khas seperti usia masjid yang tergolong tua, keberadaan jamaah yang juga ramai, serta memiliki nilai sejarah.
Sebagai suatu karya dari hasil kajian sederhana dan pemula, tentunya banyak kekurangan dari profil ini. Akan tetapi dengan i`tikad yang baik untuk kemaslahatan gerakan dakwah yang lebih besar ke depan, sedikit sebanyak profil masjid se-Kota Pontianak ini mempunyai peran dan manfaat tersendiri bagi upaya merumuskan Peta Dakwah Islam di Kalimantan Barat.
Akhirnya, dengan wujudnya Peta Dakwah (melalui profil masjid) ditambah lagi dengan wawasan yang memadai pada para juru dakwah dalam merencanakan gerakan dakwah kedepan, Insya Allah akan mampu mewujudkan gerakan dakwah yang lebih efektif dan berhasil dalam membangun ummat muslim yang paripurna, kaffah dan insan kamil, Wallahu a`lamu bish shawab.

Menara Damai, 10 Januari 2011
Tertanda,


Editor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar