Kamis, 06 Desember 2012

BEGITULAH MEREKA MENCARI REZKI


Oleh: Ibrahim MS (Catatan di Bis Kuching-Pontianak)

“Mas, mau kemana? Ada yang jemput? Ayo langsung ke bandara 50 saja”. itulah sederet pertanyaan yang muncul dari seorang lelaki yang masuk ke dalam bis sore itu dan bertanya kepada salah satu penumpang. Suasana tersebut cukup  mengejutkan kami, maklum beberapa diantara penumpang masih tertidur dan dalam kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang dari Kuching, Malaysia.
Pengalaman ini saya alami beberapa hari yang lalu ketika saya pulang dari Malaysia dengan menumpang bis antar negara Kuching-Pontianak. Kira-kira pukul 4 sore bis kami sudah masuk kota Pontianak, dan diantara penumpang kami ada yang minta turun di Tanjung Raya 2. Belum sempat penumpang tersebut turun dari bis, begitu pintu terbuka tiba-tiba masuk 4 sampai 5 orang lelaki dan bertanya kepada penumpang satu persatu. Berbagai pertanyaan mereka ajukan seperti mau kemana? Siapa yang jemput? Ayo ikut dengan saya? Dan berbagai pertanyaan dan bujukan kepada penumpang untuk mau menggunakan jasa ojek mereka.
Kecuali saya dan teman di sebelah saya agak terlewati dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, mungkin karena sikap kami berdua yang santai dan cendrung cuek dengan kehadiran mereka.
Begitu penumpang tadi sudah turun, bis kami terus berjalan. Dan justru mereka-mereka itu tidak turun, mereka mengikuti bis kami sampai ke terminal (kantor agen). Di sepanjang jalan itulah mereka terus membujuk dan merayu kepada penumpang untuk mau menggunakan jasa ojek mereka ke tempat tujuan masing-masing.
Secara diam-diam saya mengamati situasi tersebut. Menurut saya, ada penumpang yang merasa senang dan diuntungkan dengan kehadiran mereka, apalagi kebetulan mereka saling mengenal, atau berasal dari komunitas yang sama. Atau mereka memang memerlukan jasa ojek tersebut. Akan tetapi ada juga yang tampak risih dan seperti merasa terganggu. Maklum saja, banyak cerita pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialami oleh penumpang seperti ditipu/ diakali oleh penawar jasa ojek seperti ini dengan meminta bayaran yang sangat mahal, bahkan dengan mata uang ringgit, karena mereka menganggap penumpang tersebut dari Malaysia, pasti punya banyak ringgit.
Atau mungkin juga tidak menyenangkan jika dihadapkan pada hak privasi setiap penumpang untuk merasakan kenyamanan dan ketenangan dalam kendaraan, dan itu semestinya adalah tanggung jawab yang mesti dijamin oleh pihak armada.
Kondisi ini mengingatkan saya pada suasana transportasi di Malaysia yang begitu nyaman, aman dan sangat menjamin privasi penumpangnya. Bukan untuk maksud membandingkan, tapi sejujurnya di Malaysia saya tidak pernah menemukan penawar jasa ojek yang berburu calon penumpangnya hingga masuk ke dalam kendaraan umum seperti di negara kita. Jika pun ada, itu juga oleh para warga negara kita yang ada di sana.
Saya berbisik dengan teman di sebelah saya, “inilah negara kita, begitulah cara sebagian warga kita mencari rezki untuk menopang hidup keluarga mereka. Mereka punya kreatifitas dalam mencari sumber penghidupan yang baik dan tentunya halal di tengah sukarnya mencari pekerjaan lainnya”. Dari lubuk hati yang dalam saya hanya bisa berdoa semoga mereka-mereka ini bisa menjalankan aktivitas mencari rezki seperti itu dengan benar, jujur dan utamanya menjunjung nilai kemanusiaan dan tolong menolong. Sebab pada substansinya, pemilik jasa ojek dan penumpangnya adalah saling membutuhkan. Yang penting jalani semua itu dengan baik dan benar, jangan sekali-kali memanfaatkan ketidaktahuan orang lain akan daerah kita dengan penipuan dan pemerasan untuk meraup keuntungan yang besar. Carilah rezki dengan cara halal, percayalah bahwa rezki Allah ada di mana-mana, dan setiap kita sesungguhnya sudah digariskan rezkinya masing-masing, termasuk para tukang ojek yang berburu rezki hingga ke dalam bis sore itu. Akhirnya dengan senyum saya berkata dengan teman yang duduk di sebelah saya “Ya, inilah negara kita, dan begitulah mereka mencari rezki”. ...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar