Selasa, 31 Januari 2012

Mengapa Kita Mesti Belajar?

Oleh: Ibrahim MS (Editor Buku Karunia Tuhan di Parit Wa` Gattak)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang senantiasa berpikir (Q.S. 3: 190).
Kutipan ayat di atas memberikan peringatan bahwa alam raya dan segala isinya adalah sumber pelajaran yang mesti selalu kita kaji. Banyak hal dalam kehidupan ini sesungguhnya mengajarkan kepada kita tentang sesuatu. Bergantung kepada setiap kita, apakah kita mau belajar atau tidak dengan kehidupan ini.
Proses belajar dengan kehidupan sesungguhnya memberikan setiap kita pengalaman dalam menyikapi dan memperlakukan ala mini dengan baik dan bermanfaat. Dengan pengalaman, kita belajar memperbaiki diri. Dengan pengalaman pula kita menemukan banyak alternative dalam mengambil sikap dan prilaku hidup. Karena itulah, wajar ketika munculnya term “pengalaman adalah guru yang terbaik”.
Bicara pengalaman, tentu kita tidak bisa memberikan kaflingannya sebatas dunia kampus, atau jenjang pendidikan tertentu. Bicara pengalaman, juga kita tidak bisa menentukan sebagai milik seseorang atau sekelompok orang saja. “Pengalaman” ada dalam setiap denyut nadi kehidupan manusia. Pengalaman layaknya kehidupan yang terpancar dalam setiap perputaran siang dan malam, yang mengikuti pergantian waktu ketika pergantian siang dan malam. Pengalaman lah sesungguhnya pengetahuan itu, sebab dengan pengalaman suatu ilmu pengetahuan diciptakan. Dari dan kepada pengalamanlah teoritisasi ilmu pengetahuan sosial lahir dan dilandaskan. Karena itu, pengalaman (apapun) penting untuk didokumantasikan, di-sharing dan selanjutnya menjadi pelajaran bersama.
Membangun komunikasi, silaturahmi dan sosialisasi kepada suatu masyarakat merupakan bagian dari proses belajar terhadap pengalaman sosial mereka. Bagaimana mereka menjalani hidup di tengah situasi alam yang ada? Bagaimana mereka harus bertahan mencari nafkah untuk kebutuhan rumah tangga? Bagaimana mereka memelihara eksistensi diri dan kelompoknya di tengah pengaruh dan tantangan yang selalu menghadang mereka? Itulah antara pelajaran yang patut digali dari pengalaman hidup suatu masyarakat. Di sinilah proses belajar dalam konsep Participatory Action Research (PAR) mesti dimulai. Suatu proses belajar dengan dan terhadap pengalaman hidup bermasyarakat. Proses belajar yang berlandaskan pada pengakuan terhadap potensi setiap orang dengan pegalamannya mampu membangun diri menuju perubahan sosial yang lebih baik. Karena itu potensi dan pengalaman tersebut mesti digali dan terus dikembangkan dalam prinsip pendidikan orang dewasa, itulah kepercayaan dalam PAR yang diimplementasikan melalui proses kritis dan transpormasi sosial.

*****
Kunjungan lapangan yang singkat, hanya 3 – 4 jam tentu tidak memuaskan untuk sebuah ekspedisi ilmiah yang serius. Akan tetapi, untuk sebuah sharing pengalaman, belajar dengan kehidupan dan cara hidup suatu masyarakat, ada banyak catatan yang dapat disuguhkan. Bahkan dengan beragam perspektif juga dapat dimunculkan.
Catatan-catatan dari kunjungan lapangan dalam rangka pelatihan PAR angkatan ke 3 bagi Dosen STAIN Pontianak memberikan bukti luasnya pengetahuan sosial itu. dimana setiap kita dapat memahami dan memberikan pandangan yang saling berbeda sesuai dengan perspektif pengetahuan masing-masing. Adakah satu diantara perspektif kita yang benar atau salah? Atau semuanya benar dan atau salah? Tentu bukan itu pertanyaan yang patut kita buat. Dan tentu juga bukan itu persoalan yang harus kita jawab.
Apa yang kita perhatikan, kita pahami dan kita tafsirkan adalah ilmu pengetahuan dan pengalaman berdasarkan perspektif kita. Karena itu tidak ada term evaluative yang benar atau salah. Itulah paradigma yang mendasari keinginan mengumpulkan tulisan kisah perjalanan para dosen yang telah mengikuti pelatihan PAR 3 yang berkunjung ke Parit Wa` Gattak beberapa waktu lalu.
Hampir 30 orang dosen yang dilibatkan dalam kunjungan tersebut. Mereka disebarkan dalam beberapa kelompok yang semuanya berada di sekitar Dusun Parit Wa` Gattak. Apa yang menarik dari semua itu? Dari sekian banyak jumlah dosen yang turun lapangan dan menulis, juga manghasilkan sekian jumlah tulisan yang saling berbeda, beda fokus, beda alur cerita, bahkan beda informasi yang disampaikan. Sekali lagi, ini menunjukkan kayanya alam dan kehidupan ini untuk dikaji, luasnya pengalaman hidup dan kehidupan suatu masyarakat untuk dijamah oleh ilmu pengetahuan. Kerana itulah kita tidak pernah menemukan kata “final” dalam dunia ilmu pengetahuan, semuanya relatif dan semuanya akan berkembang dan berubah-ubah. Semuanya bergantung pada perspektif yang terbatas. Itulah realitas kita, realitas ilmu pengetahuan sosial yang sedang kita bangun.

*****
Keragaman pandangan dan perspektif yang digunakan oleh penulis telah memberikan keistimewaan terhadap isi tulisan kisah perjalanan yang ditampilkan dalam setiap tulisan di buku ini. Oleh karena itu, sengaja kami tidak memberikan pilahan atau katagorisasi kelompok tulisan ini sebagaimana biasanya.
Kami memberikan peluang kepada semua pembaca untuk memahami dan menilai masing-masing perspektif dalam setiap tulisan yang ada. Karena kami percaya bahwa semuanya mempunyai kelebihan dan kekuatannya baik dari alur cerita, maupun stressing point yang diceritakan dalam kisah perjalanannya.
Begitupun dari aspek isi tulisan, beragam informasi yang ditampilkan, baik dari sisi proses kunjungan, gambaran fisik alam dan lingkungan, kehidupan sosial, keagamaan, budaya, ekonomi dan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Termasuk hasil kebun langsat yang melimpah karena memang lagi musim-musimnya. Ini semua adalah informasi yang dengan mudah dapat dipahami dari tulisan-tulisan yang ada dalam buku ini.
Sebagai editor, tidak mudah bagi saya untuk memberikan judul pada buku ini, antara merumuskan judul yang dianggap mampu mewakili isi dari keseluruhan tulisan yang begitu warnai-warnai, atau memilih salah satu tulisan yang ada, yang juga pasti tidak mewakili kesemua tulisan yang masing-masing berbeda. Sementara itu, keadaan menuntut kami “harus” memberikan judul untuk buku ini. Karena itu, “Karunia Tuhan di Parit Wa` Gattak” menjadi satu-satunya pilihan yang dirasakan paling mewakili untuk judul buku ini.
Judul tersebut menurut kami merupakan inspirasi dari kebanyakan tulisan dalam buku ini yang mengungkapkan mengenai kekayaan alam dan hasil kebun masyarakat di Parit Wa` Gattak yang melimpah sebagai karunia dari Allah Swt. Buah langsat adalah antara hasil kebun yang paling banyak diungkapkan oleh para penulis sebagai Karunia Tuhan yang melimpah di sana, dimana semua peserta juga merasakan kenikmatannya ketika berkunjung di lapangan. Disamping itu, beberapa tulisan juga secara langsung dan khusus menempatkan keadaan ini dengan memberikan judul untuk tulisannya dengan ungkapan puji syukur atas karunia atau keberkahan Tuhan di Parit Wa` Gattak.
Akhirnya, kami harus mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang dengan semangat memenuhi permintaan kami untuk membuat tugas menulis kisah perjalanan ini sebagai rangkaian dari praktek lapangan pelatihan PAR tahun 2011. Sungguh suatu kebanggaan sekaligus semangat bagi kami untuk segera mengedit dan menerbitkan kumpulan tulisan ini ketika kami melihat begitu antusiasnya para peserta pelatihan untuk menyelesaikan tulisan yang diminta. Karena itu, ucapan selamat juga patut kami sampaikan kepada kita semua, para peserta pelatihan PAR 3 yang telah berpartisipasi menulis untuk kisah perjalanan ini.
Sebagai editor berharap, semangat ini terus dipelihara dan dikembangkan untuk terus menulis dan menerbitkan kisah perjalanan yang lainnya di kemudiaan hari. Kami percaya dengan pandangan hidup “setiap ada kemauan pasti ada jalan”, dan “setiap niat yang sudah diazamkan pasti disertai dengan kemauan juga kemampuan untuk melakukannya”. Itulah optimisme kami meminta dan mengajak para peserta pelatihan untuk menghasilkan karya ini. Selamat dan semoga bermanfaat, amin.

Sebuah refleksi dari menara ke-damai-an
Jum`at, 11/11/11

Editor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar