Jumat, 16 September 2011

SEANDAINYA MEREKA "MENGERTI" PUASA

Opini Ramadhan 1432 H yang diterbitkan di Harian Borneo Tribune, 20 Agustus 2011

Oleh: Ibrahim MS

Nabi Saw pernah mengungkapkan harapannya kepada ummat manusia dengan pernyataan, “seandainya mereka mengerti puasa”.
Apa makna dari ungkapan Nabi Saw tersebut? adakah kita sebagai ummatnya tidak mengerti tentang ibadah puasa yang sebenarnya? Ataukah puasa yang kita lakukan selama ini bukanlah puasa dalam pengertian yang benar?
Pastinya, pernyataan Nabi Saw itu memiliki konteks sendiri yang harus dipahami. Dimana Puasa yang bermakna menahan diri, meredam kehendak nafsu manusiawi dan selanjutnya menyerahkan diri secara total kepada kehendak Allah Swt. Diantara hawa nafsu yang harus ditahan/dikontrol oleh orang yang berpuasa adalah makan, minum dan melakukan hubungan seksual pada siang hari. Sebaliknya, orang yang berpuasa dianjurkan untuk memperbanyak Ibadah, zikir dan mendekatkan diri kepada pencipta-Nya. Itulah makna utama Ibadah puasa yang dilakukan oleh umat muslim selama bulan ramadhan.
Berangkat dari substansi makna puasa tersebut, nyata bahwa setiap orang yang berpuasa seharusnya terhindar dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela, terpelihara dari dosa dan kemaksiatan yang membatalkan puasa. Sebab, orang yang sedang berpuasa sebenarnya adalah orang sedang mengikuti secara totalitas kehendak Allah Swt, mengerahkan segenap jiwa dan raga untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta melalui berbagai amaliah di bulan puasa.
Dengan kesadaran puasa yang demikian, maka kita akan mampu mengontrol diri dan hawa nafsu dalam hidup. Kita akan mampu menahan diri untuk tidak melakukan kemaksiatan dan dosa. Dengan keadaan iman yang selalu sadar bahwa “kita sedang berpuasa”, maka kita akan mampu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tercela. Inilah yang terus dilakukan, dan dilatih oleh orang yang berpuasa selama 1 bulan ramadhan. Orang-orang yang terlatih dengan puasa inilah yang sesungguhnya yang berhasil meraih kesucian jiwa dan ketakwaan pada hari kemenangan (idul fitri) nantinya.
Dengan menyadari makna substansi berpuasa, maka menjauhkan diri dari kemaksiatan dan dosa, bukan hanya kewajiban selama bulan ramadhan. Dengan kesadaran tersebut pula, maka kebijakan menutup tempat-tempat perjudian, prostitusi dan berbagai penyakit sosial lainnya oleh pemerintah juga bukan hanya selama bulan ramadhan, melainkan berterusan pada bulan-bulan yang lain.
Dengan menyadari makna puasa yang sebenarnya sebagai upaya mengontrol diri dan hawa nafsu menuju keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, maka sesungguhnya kita “wajib” berpuasa seumur hidup (bukan hanya pada bulan ramadhan). Sebab, puasa pada bulan ramadhan lebih merupakan latihan dan pembiasaan diri untuk kehidupan yang lebih panjang di bulan-bulan yang lain. Puasa inilah yang diinginkan oleh Nabi Saw untuk dipahami oleh Umatnya. Itulah yang dinyatakan Nabi Saw dengan “seandainya mereka mengerti puasa”. Wallahu a`lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar